Saham Pop Mart, perusahaan mainan asal China, mencapai rekor tertinggi baru-baru ini. Lonjakan ini didorong oleh popularitas global figur mainan Labubu, yang memicu peningkatan permintaan yang signifikan.
Pada penutupan perdagangan Rabu, 11 Juni, saham Pop Mart di Bursa Hong Kong mencapai 269,80 dolar Hong Kong (sekitar Rp557.920 dengan asumsi kurs Rp2.067 per dolar Hong Kong), meningkat 4,25 persen dibandingkan hari sebelumnya. Kenaikan ini mencerminkan antusiasme pasar terhadap fenomena Labubu.
Keberhasilan Pop Mart menarik perhatian sejumlah perusahaan sekuritas. Deutsche Bank menaikkan target harga saham Pop Mart sebesar 52 persen menjadi 303 dolar Hong Kong, menggarisbawahi momentum pertumbuhan yang kuat di pasar internasional. Morgan Stanley juga menaikkan targetnya, dari 224 dolar menjadi 302 dolar Hong Kong, menyatakan valuasi Pop Mart kini setara dengan perusahaan besar seperti Sanrio dan Walt Disney.
Demam Labubu sangat terlihat di media sosial. Tagar #Labubu telah digunakan dalam sekitar 1,6 juta unggahan di TikTok, menampilkan berbagai konten, mulai dari unboxing blind box hingga memamerkan koleksi. Popularitas ini menunjukkan kekuatan pemasaran melalui media sosial dan dampaknya terhadap nilai saham perusahaan.
Analisis Tren Labubu dan Implikasinya
Li Changan, profesor dari Academy of China Open Economy Studies, menjelaskan bahwa tren koleksi seperti Labubu menunjukkan diversifikasi ekspor China. Ia menyatakan bahwa ekspor China bergeser dari produk manufaktur padat karya ke barang-barang bernilai tambah tinggi dan kaya makna budaya.
Li menambahkan bahwa kemampuan manufaktur yang kuat di China menjadi kunci keberhasilan ekspor Labubu ke pasar internasional. Hal ini menunjukkan bagaimana industri mainan China mampu bersaing dan bahkan memimpin di pasar global yang kompetitif.
Tren ini semakin diperkuat oleh pasar lelang. Sebuah boneka Labubu warna mint setinggi 131 cm terjual seharga 1,08 juta yuan (Rp2,4 miliar) dalam lelang Yongle Auction di Beijing. Boneka Labubu edisi terbatas berwarna cokelat juga terjual dengan harga 820 ribu yuan (Rp1,8 miliar). Total transaksi lelang bertema Labubu mencapai 3,73 juta yuan (Rp8,4 miliar).
Sukses Perusahaan Mainan China Lainnya
Keberhasilan Pop Mart bukanlah fenomena terisolasi. Top Toy, misalnya, memiliki lebih dari 280 toko internasional dan pada 2024 mengekspor 53 batch produk senilai sekitar 47 juta yuan (Rp106 miliar). 52Toys juga mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, lebih dari 300 persen di Thailand dan 220 persen di Asia Tenggara.
Laporan People’s Daily Online memperkirakan bahwa industri mainan tren China masih memiliki potensi besar di pasar global. National Academy of Economic Strategy memprediksi nilai pasar akan mencapai 110,1 miliar yuan (Rp248,38 triliun) pada 2026, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata di atas 20 persen.
Kesimpulannya, kesuksesan Pop Mart dan tren Labubu menunjukkan pergeseran signifikan dalam industri mainan global dan potensi besar ekonomi kreatif China. Kemampuan manufaktur yang kuat dikombinasikan dengan strategi pemasaran yang efektif, khususnya melalui media sosial, menjadi faktor kunci di balik keberhasilan ini.