Saham Boeing merosot tajam pada perdagangan Kamis, 12 Juni 2025, menyusul kecelakaan pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Air India di dekat Ahmedabad, India. Insiden ini memicu kekhawatiran baru tentang keselamatan pesawat Boeing dan berdampak signifikan pada nilai saham perusahaan. Penurunan saham Boeing ini juga menyeret turun saham pemasoknya, GE Aerospace dan Spirit AeroSystems.
Kejatuhan saham Boeing ini menimbulkan pertanyaan serius tentang masa depan perusahaan, terutama dalam hal kepercayaan konsumen dan regulasi keselamatan penerbangan. Investigasi menyeluruh dari pihak berwenang di India dan Amerika Serikat akan menentukan dampak jangka panjang dari kecelakaan ini.
Daftar Baca
Anjloknya Saham Boeing Pasca Kecelakaan Air India
Saham Boeing mengalami penurunan signifikan sebesar 4,56%, ditutup pada harga USD 204,29. Harga saham sempat menyentuh titik terendah USD 201,28 dan tertinggi USD 206,34. Kapitalisasi pasar Boeing pun menyusut menjadi USD 154,04 miliar.
Penurunan ini terjadi setelah kecelakaan pesawat Boeing 787-8 Dreamliner Air India yang menewaskan sejumlah penumpang dan menimbulkan korban luka. Pesawat tersebut sedang dalam penerbangan menuju London Gatwick dengan 242 orang di dalamnya.
Dampak Terhadap Pemasok dan Sentimen Investor
Kekhawatiran investor mengenai keselamatan pesawat Boeing turut berdampak pada saham pemasok komponen pesawat. Saham GE Aerospace dan Spirit AeroSystems masing-masing turun 4,4% dan 4%. Hal ini menunjukkan tingkat ketergantungan yang tinggi antara produsen pesawat dan pemasoknya.
Kepercayaan investor terhadap Boeing terguncang pasca insiden ini. Potensi penundaan pengiriman pesawat dan pengawasan ketat dari otoritas penerbangan global menjadi faktor utama penurunan nilai saham.
Ancaman Penundaan Pengiriman dan Biaya Kepatuhan
Penundaan pengiriman pesawat Boeing dapat berdampak serius terhadap pendapatan perusahaan. Perbaikan dan investigasi yang diperlukan akan membutuhkan waktu dan sumber daya yang signifikan.
Pengawasan yang lebih ketat dari otoritas penerbangan global juga akan meningkatkan biaya kepatuhan Boeing. Hal ini akan menekan margin keuntungan dan dapat membatasi pertumbuhan perusahaan di masa depan.
Wall Street Beragam Respons, Namun Ancaman Tarif Masih Menghantui
Meskipun indeks S&P 500 dan Nasdaq naik masing-masing 0,2% didorong oleh kinerja baik Oracle, indeks Dow Jones justru turun 0,1%.
Kenaikan indeks S&P 500 sebagian besar didorong oleh kinerja Oracle yang melampaui ekspektasi. Pertumbuhan cloud computing yang signifikan, terutama di sektor kecerdasan buatan (AI), menjadi katalis positif bagi saham Oracle dan sektor teknologi secara umum.
Perkembangan Ekonomi AS dan Negosiasi Tarif
Data ekonomi AS yang menunjukkan inflasi yang terkendali juga memberikan sentimen positif di Wall Street. Namun, ancaman tarif perdagangan sepihak yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump masih menjadi bayang-bayang.
Negosiasi perdagangan antara AS dan negara-negara lain, terutama China, masih belum menemui titik terang. Ketidakpastian ini menahan potensi kenaikan saham di Wall Street. Presiden Trump menyatakan kesiapan untuk memperpanjang batas waktu negosiasi, namun belum ada kesepakatan pasti.
Kesimpulannya, kecelakaan pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Air India telah menimbulkan guncangan besar bagi Boeing. Penurunan saham Boeing dan pemasoknya menunjukkan dampak negatif insiden tersebut terhadap kepercayaan investor. Meskipun Wall Street menunjukkan kinerja beragam, ancaman tarif perdagangan tetap menjadi faktor ketidakpastian yang perlu diperhatikan. Investigasi lanjutan akan menentukan dampak jangka panjang kecelakaan ini terhadap industri penerbangan dan pasar saham secara global. Kepercayaan konsumen dan regulasi internasional akan menjadi penentu utama pemulihan Boeing di masa depan.