Harga minyak dunia mengalami penurunan sebesar 2% pada perdagangan Jumat, 20 Juni 2025. Penurunan ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda keputusan untuk membantu Israel menyerang program nuklir Iran, anggota OPEC. Keputusan Trump ini menimbulkan ketidakpastian geopolitik yang berdampak pada pasar energi global.
Harga minyak Brent turun USD 1,84 atau 2,33%, ditutup pada USD 77,01 per barel. Minyak mentah AS juga mengalami penurunan, susut USD 1,30 atau 1,73% dan ditutup di posisi USD 73,84 per barel. Perkembangan ini menunjukkan sentimen pasar yang berhati-hati terhadap potensi konflik di Timur Tengah.
Penundaan Serangan AS dan Reaksi Pasar
Sebelumnya, Presiden Trump menyatakan akan memutuskan dalam waktu dua minggu apakah akan menyerang Iran. Pernyataan ini memberikan ruang bagi negosiasi potensial terkait program nuklir Iran. Namun, ketidakpastian mengenai tindakan AS tetap memengaruhi harga minyak.
Keputusan Trump untuk menunda serangan, meskipun memberikan ruang untuk negosiasi, masih menimbulkan kekhawatiran bagi investor. Pasar cenderung bereaksi negatif terhadap ketidakpastian geopolitik, karena dapat mengganggu pasokan minyak global.
Eskalasi Serangan Israel dan Kenaikan Harga Minyak Sebelumnya
Sebaliknya, harga minyak sempat naik sekitar 3% pada hari Kamis (Jumat waktu Jakarta). Kenaikan ini didorong oleh keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengintensifkan serangan terhadap Iran. Investor pun mengamati perkembangan situasi dengan seksama, mempertimbangkan kemungkinan keterlibatan AS yang lebih besar dalam konflik.
Harga minyak Brent mencapai USD 78,85 per barel, tertinggi sejak 22 Januari. Minyak mentah AS juga naik 3,2%, mencapai level tertinggi sesi USD 77,58 per barel. Serangan Israel terhadap target strategis dan pemerintahan di Iran dianggap sebagai faktor utama kenaikan harga. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan tujuan serangan untuk melemahkan rezim Iran.
Pertimbangan AS dan Dampak Geopolitik terhadap Harga Minyak
Israel meningkatkan serangannya terhadap Iran setelah rudal Iran dilaporkan menghantam rumah sakit di Beersheba. Menteri Pertahanan Israel Katz bahkan mengancam pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei. Situasi ini meningkatkan ketegangan geopolitik di kawasan tersebut.
Presiden Trump masih mempertimbangkan intervensi AS terhadap program nuklir Iran. Gedung Putih menyatakan presiden akan mengambil keputusan dalam dua minggu. JPMorgan memperingatkan bahwa perubahan rezim di negara penghasil minyak utama seperti Iran dapat berdampak besar pada harga minyak global. Hilangnya pasokan minyak akibat ketidakstabilan politik di Iran akan sulit dipulihkan dengan cepat, sehingga mendorong kenaikan harga. Iran sebagai produsen utama OPEC, membuat ketidakstabilan di negara tersebut menjadi faktor kunci dalam pergerakan harga minyak.
Kesimpulannya, fluktuasi harga minyak global mencerminkan dinamika geopolitik yang kompleks di Timur Tengah. Penundaan serangan AS terhadap Iran sementara mengurangi tekanan terhadap harga, namun situasi tetap rawan karena meningkatnya ketegangan dan kemungkinan eskalasi konflik. Perkembangan situasi di Iran dan respon AS akan terus menjadi faktor penentu pergerakan harga minyak dalam waktu dekat. Ketidakpastian yang terkait dengan pasokan minyak akibat potensi konflik tetap menjadi perhatian utama bagi para investor dan pelaku pasar energi global.