preloader

Subsidi Listrik Rp90 Triliun: Lonjakan Harga Minyak Mengancam?

Subsidi Listrik Rp90 Triliun: Lonjakan Harga Minyak Mengancam?

Subsidi Listrik 2025 Diprediksi Bengkak Menjadi Rp 90,32 Triliun

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan peningkatan alokasi subsidi listrik hingga akhir 2025. Angka tersebut meningkat dari target awal Rp 87,72 triliun menjadi Rp 90,32 triliun. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar rupiah dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang sulit diprediksi.

Volatilitas nilai tukar dan harga minyak menjadi faktor utama penyebab pembengkakan anggaran subsidi. Hal ini di luar kendali pemerintah dan berdampak langsung pada biaya energi.

Faktor Penyebab Peningkatan Subsidi Listrik

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Hutajulu, menjelaskan penyebab peningkatan proyeksi subsidi. Kurs rupiah dan ICP yang fluktuatif menjadi faktor eksternal utama.

Tidak hanya faktor eksternal, peningkatan penjualan listrik juga ikut berkontribusi. Pertumbuhan konsumsi listrik nasional menunjukkan tren positif yang signifikan.

Volume penjualan listrik nasional meningkat pesat. Angka tersebut melonjak dari 55 TWh pada 2020 menjadi 71 TWh di 2024.

Proyeksi penjualan listrik tahun 2025 juga mengalami peningkatan. Target awal sebesar 73,13 TWh diperkirakan akan naik hingga 76,63 TWh.

Peningkatan proyeksi penjualan listrik mencerminkan pemulihan ekonomi. Hal ini juga menunjukkan peningkatan konsumsi energi masyarakat.

Realisasi dan Struktur Subsidi Listrik

Hingga Mei 2025, realisasi subsidi listrik telah mencapai Rp 34,59 triliun. Volume penjualan listrik bersubsidi tercatat sebesar 31,17 TWh.

Realisasi subsidi listrik tahun 2024 juga telah diaudit. Angka yang tercatat mencapai Rp 77,05 triliun.

Sebagian besar penerima subsidi listrik adalah pelanggan rumah tangga. Pelanggan dengan daya 450 VA dan 900 VA mendominasi penerima subsidi.

Kedua kelompok pelanggan tersebut menyerap sekitar 67,49 persen dari total subsidi. Sektor usaha mikro dan industri kecil juga mendapatkan manfaat dari subsidi.

Meskipun mendominasi, porsi subsidi untuk rumah tangga diproyeksikan turun. Pada APBN 2025, porsi tersebut diperkirakan menjadi 64,1 persen.

Jumlah Penerima Subsidi Listrik

Hingga Mei 2025, terdapat 24,75 juta pelanggan 450 VA. Jumlah pelanggan 900 VA yang tidak mampu mencapai 10,49 juta.

Total pelanggan rumah tangga di Indonesia mencapai 85,40 juta. Subsidi listrik menyasar sebagian besar masyarakat kurang mampu.

Pemerintah terus berupaya menargetkan subsidi listrik tepat sasaran. Program ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat kurang mampu.

Kesimpulan

Peningkatan proyeksi subsidi listrik hingga Rp 90,32 triliun pada 2025 merupakan konsekuensi dari fluktuasi harga minyak global dan nilai tukar rupiah. Meskipun demikian, pemerintah terus berupaya mengoptimalkan penyaluran subsidi, dengan tetap memprioritaskan penyaluran tepat sasaran bagi masyarakat yang membutuhkan. Ke depannya, pemantauan yang ketat terhadap tren konsumsi listrik dan perkembangan ekonomi makro akan menjadi kunci dalam mengelola anggaran subsidi listrik agar tetap efisien dan efektif.

Related Post