preloader

IHSG Anjlok! Transportasi Rugi, Sentimen Global Positif?

IHSG Anjlok! Transportasi Rugi, Sentimen Global Positif?

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Selasa, 1 Juli 2025. IHSG melemah 12,32 poin atau 0,18%, menutup perdagangan di level 6.915,36. Sektor transportasi dan logistik menjadi penekan utama, meskipun sentimen global menunjukkan perbaikan. Penurunan ini menunjukkan adanya dinamika pasar yang kompleks.

IHSG bukanlah satu-satunya yang mengalami penurunan. Indeks LQ45, yang terdiri dari 45 saham unggulan, juga ikut terdampak. LQ45 turun 0,27% atau 2,07 poin, menetap di posisi 770,58. Pergerakan ini mencerminkan kondisi pasar yang kurang optimistis.

Sentimen Global Positif, Namun IHSG Tetap Melemah

Meskipun pasar saham regional Asia umumnya menunjukkan pergerakan positif mengikuti tren Wall Street, IHSG justru mengalami penurunan. Hal ini cukup mengejutkan, mengingat sentimen global membaik karena meredanya ketegangan perang dagang dan meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga jangka pendek oleh The Fed. Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, mengungkapkan keheranan atas hal ini. Faktor domestik tampaknya lebih berpengaruh.

Data Domestik Bercampur Aduk: Manufaktur Kontraksi, Neraca Dagang Surplus

Data domestik menunjukkan gambaran yang beragam. Indeks manufaktur Indonesia pada Juni 2025 terkontraksi ke 46,9, menurut data S&P Global. Angka ini turun dari 47,4 pada Mei, disebabkan oleh melemahnya permintaan domestik. Meskipun demikian, kinerja ekspor relatif stabil.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang Juni sebesar USD 4,3 miliar. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya USD 160 juta. Surplus yang signifikan ini seharusnya berdampak positif pada IHSG.

Inflasi Juni juga dilaporkan BPS sebesar 0,19% (mtm) dan 1,87% (yoy). Angka ini masih berada dalam target Bank Indonesia (BI) di kisaran 1,5%–3,5%. Kondisi ini memberi ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga, yang berpotensi meningkatkan daya beli dan investasi. Namun, dampak positif ini belum terlihat pada IHSG.

Tensi Dagang AS-Jepang dan Ketidakpastian Kebijakan Tarif Impor

Ketidakpastian kebijakan tarif impor AS yang akan jatuh tempo pada 9 Juli 2025 masih membayangi pasar global. Meskipun Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan beberapa negara tengah bernegosiasi, ancaman kenaikan tarif tetap ada jika tidak ada kemajuan yang signifikan.

Presiden AS Donald Trump juga mengancam akan mengenakan tarif tambahan pada Jepang, termasuk mempertahankan bea masuk 25% pada mobil Jepang. Ia juga menyoroti ketidakseimbangan perdagangan terkait impor beras AS. Ketidakpastian ini memberikan tekanan pada pasar global dan berdampak pada IHSG. Investor global menunggu dengan cemas untuk melihat apakah kesepakatan perdagangan dapat tercapai sebelum tenggat waktu.

Pergerakan IHSG Sepanjang Hari

IHSG dibuka dengan pergerakan positif, namun kemudian berbalik melemah hingga penutupan sesi pertama. Kondisi ini berlanjut hingga akhir sesi kedua. Pergerakan ini cukup dinamis dan mencerminkan respon pasar terhadap berbagai informasi yang masuk.

Sektor yang Mengalami Penguatan dan Pelemahan

Empat sektor mencatatkan penguatan, yaitu barang konsumen non-primer (naik 0,77%), barang baku (naik 0,16%), infrastruktur (naik 0,12%), dan kesehatan (naik sedikit).

Sebaliknya, delapan sektor lainnya melemah, dengan sektor transportasi & logistik mengalami penurunan paling tajam (turun 2,23%), diikuti oleh keuangan (turun 0,84%) dan industri (turun 0,78%). Kondisi ini menunjukkan adanya sektor-sektor yang lebih rentan terhadap sentimen negatif.

Saham dengan Kenaikan dan Penurunan Tertinggi

Saham MINA, KRYA, APEX, ARCI, dan BUVA mencatatkan kenaikan tertinggi. Sementara itu, saham BTPN, INDS, SAFE, NIRO, dan LFLO mengalami penurunan paling dalam. Pergerakan saham ini menunjukkan kinerja masing-masing emiten yang berbeda-beda.

Meskipun sentimen global cenderung positif, IHSG justru ditutup melemah. Kondisi ini menunjukkan bahwa faktor domestik, seperti kontraksi sektor manufaktur, berpengaruh signifikan terhadap kinerja IHSG. Ketidakpastian kebijakan tarif impor global dan potensi konflik dagang AS-Jepang juga memberikan tekanan tambahan. Pemantauan terhadap perkembangan data ekonomi domestik dan global menjadi kunci untuk memahami pergerakan IHSG ke depannya.

Related Post