preloader

Saham Bank & Properti: Cuan Besar Jelang Kenaikan Suku Bunga?

Saham Bank & Properti: Cuan Besar Jelang Kenaikan Suku Bunga?

Pasar modal Indonesia diprediksi akan mengalami pergeseran sentimen dalam waktu dekat. Fokus investor diperkirakan beralih dari gejolak geopolitik ke prospek suku bunga dan kebijakan tarif. Hal ini membuka peluang bagi sektor perbankan dan properti untuk menjadi sektor unggulan baru, menggantikan dominasi sektor komoditas sebelumnya.

Analisis ini disampaikan oleh Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus. Ia melihat beberapa data ekonomi penting yang perlu diperhatikan pekan ini, baik dari dalam maupun luar negeri.

Data Ekonomi Global yang Mempengaruhi Pasar

Beberapa indikator ekonomi global akan memberikan sinyal penting bagi pasar modal. Indeks NBS Manufacturing PMI China bulan Juni diperkirakan akan melemah sedikit ke level 49,5 dari 49,7 sebelumnya.

Pelemahan ini masih dipengaruhi oleh perang tarif dan deflasi yang berkelanjutan di China. Sementara itu, Indeks ISM Manufacturing PMI Amerika Serikat bulan Juni diprediksi meningkat terbatas ke level 48,8 dari 48,5.

Data Non Farm Payrolls Amerika Serikat bulan Juni diperkirakan melemah ke 129.000 dari 139.000 sebelumnya. Indeks S&P Global Composite PMI Final Amerika Serikat bulan Juni juga diprediksi melemah ke level 52,8 dari 53.

Prospek Sektor Perbankan dan Properti

Indri menilai fokus investor akan bergeser dari ketegangan di Timur Tengah ke prospek penurunan suku bunga dan kebijakan tarif. Tanggal 9 Juli 2025 menjadi tenggat penundaan penerapan kebijakan tarif oleh Amerika Serikat, yang turut mempengaruhi keputusan investasi.

Investor cenderung bersikap hati-hati sambil menunggu aliran dana asing kembali masuk ke pasar Indonesia. Kondisi ini mendorong pergeseran minat dari sektor komoditas ke sektor perbankan dan properti.

Dengan analisis ini, IHSG diperkirakan akan berkonsolidasi dalam rentang support 6740 dan resistance 7060. Sentimen positif seperti gencatan senjata dan prospek penurunan suku bunga lebih cepat dapat memberikan dampak positif pada IHSG.

Rekomendasi Saham untuk Pekan Ini

Menimbang potensi pergeseran fokus investor dan perlunya diversifikasi portofolio, berikut beberapa saham yang patut dipertimbangkan:

  • Buy CTRA: (Harga Saat Ini: 955, Entry: 955, Target Harga: 1.015 (6,28%), Stop Loss: 920 (-3,66%), Rasio Risiko-Keuntungan 1:1,7). CTRA berada di area konsolidasi yang kuat di level 955, dengan candlestick marubozu pada penutupan pekan lalu. Prospek penurunan suku bunga berpotensi menguntungkan sektor properti.
  • Buy on Pullback ASSA: (Harga Saat Ini: 735, Entry: 705-720, Target Harga: 780 (10,64%), Stop Loss: 685 (-2,84%), Rasio Risiko-Keuntungan 1:3,8). Meningkatnya kegiatan ekspor-impor berpotensi menguntungkan ASSA. Analisis Fibonacci menunjukkan potensi retracement ke level 705 sebelum melanjutkan penguatan.
  • Buy AMMN: (Harga Saat Ini: 8.525, Entry: 8.525, Target Harga: 9.250 (8,50%), Stop Loss: 8.200 (-3,81%), Rasio Risiko-Keuntungan 1:2,2). AMMN menunjukkan penguatan konsisten dengan kenaikan volume transaksi. Stochastic oscillator menunjukkan potensi penguatan berkelanjutan, dengan akumulasi asing sepanjang pekan lalu.

Dampak Sentimen Terhadap IHSG

IHSG pekan lalu bergerak dalam konsolidasi dan ditutup melemah tipis (-0,14%) di level 6897, di tengah aksi jual asing mencapai Rp 2,4 triliun di pasar reguler. Lima sektor mengalami penguatan, sementara sektor lainnya melemah.

Sektor healthcare menjadi penopang utama dengan penguatan (+1,46%), sedangkan sektor energi menjadi pemberat terdalam (-4,17%). Beberapa sentimen mempengaruhi pelemahan IHSG, termasuk gencatan senjata antara Iran dan Israel.

Komentar Vice Chair Fed, Michelle Bowman, yang menyarankan penyesuaian suku bunga, dan pertimbangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengganti Ketua The Fed, Jerome Powell, juga memengaruhi pasar.

Secara keseluruhan, pergeseran fokus investor dari geopolitik ke faktor ekonomi domestik dan kebijakan moneter akan terus membentuk dinamika pasar modal Indonesia. Pemantauan data ekonomi makro dan perkembangan kebijakan pemerintah akan sangat krusial dalam menentukan strategi investasi di masa mendatang. Kehati-hatian dan diversifikasi portofolio tetap menjadi kunci dalam menghadapi ketidakpastian pasar.

Related Post