preloader

Ancaman Penutupan Selat Hormuz: 20 Juta Barel Minyak Terancam

Ancaman Penutupan Selat Hormuz: 20 Juta Barel Minyak Terancam

Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz jika terjadi perang dengan Israel. Ancaman ini muncul setelah serangan bom AS di negara tersebut, dan didukung oleh pernyataan dari parlemen Iran.

Meskipun parlemen Iran dilaporkan mendukung penutupan Selat Hormuz, keputusan akhir masih berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Belum ada konfirmasi resmi mengenai adopsi rancangan undang-undang terkait penutupan selat tersebut.

Esmail Kosari, anggota komisi keamanan nasional parlemen Iran, menyatakan bahwa parlemen telah menyimpulkan perlunya penutupan Selat Hormuz. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan final ada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi dan penutupan akan dilakukan jika diperlukan.

Dampak Penutupan Selat Hormuz

Selat Hormuz merupakan jalur perdagangan maritim yang sangat vital, melewati Teluk Persia dan menghubungkan sejumlah negara di Timur Tengah. Penutupan selat ini akan berdampak sangat signifikan pada perekonomian global.

Selat Hormuz menjadi jalur utama transportasi minyak bumi dan gas alam. Menurut Pemerintah Iran, lebih dari 17 juta barel minyak per hari melewati selat tersebut. Data U.S. Energy Information Administration (EIA) menunjukkan angka yang lebih tinggi, yaitu rata-rata 20 juta barel per hari pada tahun 2024, atau sekitar 20% dari konsumsi minyak bumi global.

Tidak hanya minyak mentah, sekitar seperlima dari perdagangan gas alam cair (LNG) global juga melewati Selat Hormuz, terutama dari Qatar. Ribuan kapal pengangkut LNG melintasi selat tersebut setiap bulannya.

Distribusi Energi Global yang Terdampak

Sebagian besar minyak mentah dan kondensat (84%), serta LNG (83%) yang melewati Selat Hormuz pada tahun 2024, dikirim ke Asia. Negara-negara utama tujuannya adalah China, India, Jepang, dan Korea Selatan, yang secara keseluruhan menerima 69% dari total aliran minyak mentah dan kondensat.

Penutupan Selat Hormuz akan secara langsung mengganggu aliran sekitar 20% minyak global, mengakibatkan penurunan pasokan dan berpotensi memicu lonjakan harga minyak secara drastis. Goldman Sachs memprediksi harga minyak mentah Brent bisa mencapai US$110 per barel jika aliran minyak melalui jalur tersebut berkurang setengahnya dalam sebulan.

Analisis Lebih Lanjut

Ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran bukan hanya sekadar ancaman. Ini merupakan langkah yang berpotensi menimbulkan krisis global. Perlu dipertimbangkan berbagai faktor, termasuk posisi geopolitik negara-negara di sekitar Selat Hormuz, respons dari negara-negara konsumen minyak, dan kemungkinan intervensi internasional. Dampak ekonomi terhadap negara-negara pengimpor minyak akan sangat signifikan, menyebabkan inflasi dan mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi.

Selain dampak ekonomi, penutupan Selat Hormuz juga berpotensi memicu konflik militer lebih lanjut di kawasan yang sudah rawan tersebut. Oleh karena itu, solusi diplomatik dan de-eskalasi menjadi hal yang sangat penting untuk mencegah terjadinya skenario terburuk.

Perlu adanya upaya internasional untuk menemukan solusi damai dan mencegah terjadinya penutupan Selat Hormuz yang akan berdampak buruk bagi perekonomian global dan keamanan internasional.

Kesimpulannya, ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran memiliki implikasi yang sangat serius dan luas, tidak hanya bagi ekonomi global, tetapi juga bagi stabilitas geopolitik regional dan internasional. Perlunya upaya diplomasi untuk mencegah kejadian ini.

Related Post