PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan langkah antisipatif terhadap potensi gangguan distribusi minyak mentah akibat ancaman penutupan Selat Hormuz oleh parlemen Iran. Ketegangan antara Iran dan Israel yang meningkat tajam menjadi latar belakang ancaman tersebut.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menyatakan bahwa Pertamina telah mengamankan kapal-kapal dan mengalihkan rute pelayaran ke jalur yang lebih aman melalui Oman dan India. Hal ini dilakukan sebagai respons atas potensi penutupan Selat Hormuz yang merupakan jalur pelayaran minyak mentah dunia yang vital.
Fadjar menambahkan bahwa penutupan Selat Hormuz akan berdampak signifikan pada distribusi minyak mentah global, mengingat selat tersebut dilalui oleh sekitar 20 persen lalu lintas minyak mentah dunia. Meskipun demikian, Pertamina memastikan stok minyak mentah dalam negeri masih aman.
Perhitungan biaya operasional akibat perubahan rute pelayaran masih dalam proses. “Terkait biaya operasional masih kami periksa. (Stok minyak) sejauh ini masih aman,” ujar Fadjar.
Strategi Pertamina Menghadapi Ancaman Penutupan Selat Hormuz
Selain mengalihkan rute distribusi, Pertamina juga memprioritaskan keselamatan awak kapal dan asetnya. Hal ini ditegaskan oleh Corporate Secretary PT Pertamina International Shipping (PIS), Muhammad Baron.
“Kami utamakan faktor keselamatan awak dan kapal PIS, sehingga terkait rencana penutupan (Selat Hormuz), kami akan menjalankan rencana rute alternatif untuk menjamin rantai pasokan,” jelas Baron.
PIS memastikan akan tetap mengangkut minyak sesuai kebutuhan Indonesia dan akan menyesuaikan rute sesuai dengan perkembangan situasi. “(Alternatif) rute yang dimaksud akan kami lakukan sesuai kebutuhan,” tambahnya.
Latar Belakang Ketegangan Iran-Israel
Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat secara drastis sejak serangan udara Israel ke sejumlah lokasi di Iran pada Jumat, 13 Juni. Serangan tersebut menyasar fasilitas militer dan nuklir Iran.
Sebagai balasan, Iran melancarkan serangan balasan ke sejumlah titik di Israel pada hari yang sama. Kedua negara saling melaporkan korban jiwa dan kerugian material yang cukup besar akibat serangan tersebut.
Otoritas Israel melaporkan sedikitnya 25 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat serangan rudal Iran. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Iran mengklaim bahwa 430 warga Iran tewas dan lebih dari 3.500 lainnya terluka akibat serangan Israel.
Peristiwa ini menjadi pemicu utama kekhawatiran akan terganggunya jalur pelayaran Selat Hormuz dan berdampak pada stabilitas pasokan minyak mentah dunia. Pertamina, sebagai salah satu perusahaan energi terbesar di Indonesia, bersiap menghadapi dampak tersebut dengan langkah-langkah strategis yang telah disebutkan di atas.
Langkah antisipatif Pertamina ini menunjukkan kesiapan perusahaan dalam menghadapi tantangan geopolitik yang dapat mempengaruhi pasokan energi nasional. Perencanaan yang matang dan diversifikasi rute distribusi menjadi kunci untuk memastikan kelancaran pasokan dan stabilitas harga BBM di dalam negeri.
Perlu diingat bahwa situasi geopolitik yang dinamis dapat mempengaruhi rencana distribusi minyak mentah. Pertamina akan terus memantau situasi dan menyesuaikan strateginya sesuai kebutuhan untuk memastikan ketahanan energi nasional.