Amerika Serikat (AS) dan China mencapai kesepakatan gencatan senjata dalam perang dagang mereka yang telah berlangsung sejak April 2025. Kesepakatan ini dicapai setelah dua hari perundingan intensif di London. Meskipun belum final dan merupakan kesepakatan sementara yang disebut “kerangka jabat tangan,” kedua negara sepakat untuk mengurangi ketegangan tarif dan hambatan perdagangan lainnya. Langkah ini menandai terobosan penting dalam hubungan ekonomi kedua negara adikuasa tersebut.
Presiden AS Donald Trump menyatakan kesepakatan ini “sudah dilakukan,” meskipun masih menunggu persetujuan akhir dari dirinya dan Presiden China Xi Jinping. Kesepakatan ini mencakup beberapa poin penting yang diharapkan dapat mencairkan kebekuan hubungan bilateral kedua negara.
Daftar Baca
Gencatan Senjata: Kesepakatan Sementara AS-China
China setuju untuk melanjutkan ekspor mineral tanah jarang dan magnet, komponen penting bagi industri otomotif dan pertahanan AS. Sebagai imbalannya, AS berjanji memberikan konsesi yang seimbang.
Salah satu konsesi yang diberikan AS adalah pelonggaran aturan visa bagi mahasiswa China. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pertukaran pelajar dan meningkatkan kolaborasi akademik di masa depan.
Kesepakatan ini muncul beberapa minggu setelah Trump menuduh China melanggar gencatan senjata sebelumnya. Namun, dalam pernyataan di platform Truth Social, Trump menunjukkan optimisme dan mengatakan bahwa dirinya dan Presiden Xi akan bekerja sama untuk membuka pasar China bagi perdagangan Amerika.
Tarif yang Ditetapkan: 55% vs 10%
Meskipun mencapai gencatan senjata, tarif perdagangan tetap diberlakukan, namun dengan angka yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya. AS akan mempertahankan tarif impor terhadap barang-barang China sebesar 55 persen.
China juga akan memberlakukan tarif impor sebesar 10 persen terhadap produk-produk AS. Angka ini jauh lebih rendah daripada tarif tiga digit yang diberlakukan pada bulan April 2025.
Perundingan di London dipimpin oleh Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, dan Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng. Kedua pihak menilai negosiasi berjalan lancar dan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan.
Hasil Negosiasi London
Lutnick menggambarkan hasil pembicaraan sebagai kelanjutan dari konsensus Jenewa dan komunikasi langsung antara Trump dan Xi Jinping pada awal Juni 2025. Ia menekankan bahwa kesepakatan ini akan menghapus hambatan perdagangan baru yang diterapkan saat gencatan senjata sebelumnya runtuh.
AS diprediksi akan mencabut sejumlah pembatasan, termasuk yang terkait dengan ekspor teknologi canggih. Pencabutan ini menjadi balasan atas komitmen China untuk kembali memasok mineral tanah jarang.
Pemulihan Hubungan Dagang AS-China: Sebuah Awal Baru?
China menyambut baik hasil pembicaraan tersebut. Wakil Menteri Perdagangan China, Li Chenggang, mengatakan diskusi berlangsung “profesional, rasional, mendalam, dan jujur,” dan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan antara kedua negara.
Gencatan senjata ini dipandang sebagai langkah awal menuju pemulihan hubungan dagang AS-China. Pada tahun 2024, nilai perdagangan dua arah antara kedua negara mencapai US$ 580 miliar.
Pemerintah Trump menekankan bahwa pengurangan defisit perdagangan dan peningkatan ekspor Amerika akan tetap menjadi prioritas utama. Namun, kesepakatan ini menunjukkan komitmen untuk memperbaiki hubungan ekonomi yang tegang.
Lutnick menyebut gencatan senjata sebagai langkah pertama dalam membangun kerangka kerja untuk pertumbuhan perdagangan di masa depan. Ia menambahkan bahwa langkah selanjutnya adalah menghilangkan hambatan-hambatan negatif yang menghambat perdagangan.
Kesepakatan gencatan senjata ini memberikan secercah harapan bagi perbaikan hubungan perdagangan AS-China. Meskipun masih berupa kesepakatan sementara, langkah ini menunjukkan kesediaan kedua negara untuk berkompromi dan mencari solusi yang saling menguntungkan. Ke depannya, implementasi dan kepatuhan terhadap kesepakatan ini akan menjadi kunci keberhasilan dalam memulihkan hubungan ekonomi yang lebih stabil dan produktif antara kedua negara.