preloader

BI Pertahankan Suku Bunga, Rupiah Tertekan Dolar AS

BI Pertahankan Suku Bunga, Rupiah Tertekan Dolar AS

Rupiah kembali melemah terhadap dolar AS pada Rabu, 18 Juni 2025. Penurunan ini terjadi setelah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,5 persen untuk bulan Juni 2025. Pelemahan ini menambah daftar tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia.

Di pasar spot, Rupiah ditutup pada level 16.312 per dolar AS, melemah 23 poin dari penutupan sebelumnya di angka 16.289. Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar mata uang dan komoditas, menjelaskan bahwa Rupiah sempat melemah hingga 55 poin sebelum akhirnya ditutup pada level 16.312. Ia memprediksi volatilitas Rupiah akan berlanjut pada hari perdagangan berikutnya.

BI Pertahankan BI-Rate 5,5 Persen Demi Stabilitas Ekonomi

Bank Indonesia mempertahankan BI-Rate di angka 5,5 persen. Hal ini diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Juni 2025. Keputusan ini juga mempertahankan suku bunga deposit facility di 4,75 persen dan lending facility di 6,25 persen.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk menjaga inflasi tetap terkendali. Langkah ini juga untuk mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah dan mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global. Stabilitas makroekonomi menjadi prioritas utama BI.

Sentimen Global Membebani Rupiah

Pelemahan Rupiah juga dipengaruhi oleh sentimen global. Meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah menjadi salah satu faktor utamanya.

Amerika Serikat meningkatkan kehadiran militernya di kawasan tersebut. Hal ini menyusul serangan Israel terhadap fasilitas nuklir di Teheran. Pernyataan Presiden AS Donald Trump yang meminta Iran menyerah tanpa syarat semakin meningkatkan ketegangan.

Situasi ini menimbulkan kekhawatiran di pasar global. Mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, turut terdampak. Para investor cenderung lebih berhati-hati dalam berinvestasi di negara-negara berkembang di tengah ketidakpastian geopolitik.

Pasar juga menantikan keputusan The Fed. Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level 0,5 persen. Namun, ekspektasi dovish mulai meningkat setelah data ekonomi AS menunjukkan pelemahan. Penjualan ritel yang lebih lemah dari perkiraan dan data produksi industri yang menurun memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS.

Proyeksi Inflasi Tetap Terkendali

Bank Indonesia memproyeksikan inflasi tetap terkendali. Angka inflasi ditargetkan berada di kisaran 2,5 persen plus minus 1 persen untuk tahun 2025 dan 2026.

Inflasi inti diperkirakan tetap terjaga. Hal ini karena ekspektasi inflasi yang stabil, tekanan inflasi impor yang rendah, dan dukungan dari digitalisasi. BI juga optimis dapat menekan inflasi volatile food melalui sinergi pengendalian inflasi bersama pemerintah pusat dan daerah. Kerjasama antar lembaga ini dinilai krusial untuk menjaga stabilitas harga.

Pelemahan Rupiah merupakan dinamika yang kompleks. Faktor internal seperti kebijakan moneter BI dan faktor eksternal seperti geopolitik dan kebijakan The Fed saling berkaitan dan memengaruhi pergerakan nilai tukar. Ke depan, perlu pemantauan yang cermat terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik untuk mengantisipasi potensi volatilitas Rupiah. Koordinasi yang baik antara BI dan pemerintah sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar Rupiah.

Related Post