Bank Indonesia (BI) telah menyalurkan insentif Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) senilai Rp372 triliun hingga minggu kedua Juni 2025.
Penyaluran ini merupakan bagian dari upaya BI untuk memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif.
Distribusi Insentif KLM: Sasaran dan Angka
Rincian penyaluran insentif KLM menunjukkan Rp164 triliun dialokasikan ke bank BUMN.
Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) menerima Rp166,4 triliun, BPD mendapat Rp36 triliun, dan kantor cabang bank asing (KCBA) menerima Rp5,6 triliun.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengumumkan angka ini dalam video YouTube pada Jumat, 20 Juni 2025.
Ketahanan Sektor Perbankan: Likuiditas dan Permodalan yang Kuat
BI menegaskan bahwa ketahanan perbankan tetap kuat, mendukung stabilitas sistem keuangan.
Likuiditas perbankan memadai, tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 24,98% pada Mei 2025.
Permodalan juga terjaga tinggi, dengan rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 25,41% pada April 2025.
Rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat rendah, yaitu 2,24% (bruto) dan 0,83% (neto) pada April 2025.
Hasil stress test BI menunjukkan ketahanan perbankan yang kuat, berkat kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga.
Kinerja Positif Transaksi Digital dan Sistem Pembayaran
Kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital pada Mei 2025 tetap positif.
Pembayaran digital mencapai 3,93 miliar transaksi, tumbuh 27,88% (yoy).
Volume transaksi aplikasi mobile dan internet juga meningkat signifikan.
Transaksi QRIS tumbuh tinggi sebesar 151,70% (yoy), didorong peningkatan pengguna dan merchant.
BI-FAST memproses 393,73 juta transaksi (naik 45,45% yoy), dengan nilai Rp969,43 triliun.
Volume transaksi BI-RTGS turun 6,08% (yoy), menjadi 0,77 juta transaksi senilai Rp14.450,03 triliun.
Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 10,10% (yoy) menjadi Rp1.143,09 triliun pada Mei 2025.
Stabilitas sistem pembayaran terjaga berkat infrastruktur yang andal dan struktur industri yang sehat.
BI berkomitmen untuk menjaga ketersediaan dan keamanan infrastruktur sistem pembayaran, serta ketersediaan uang Rupiah di seluruh Indonesia.
Ke depan, BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mitigasi risiko ekonomi global dan domestik.
Secara keseluruhan, data menunjukkan kondisi ekonomi dan keuangan Indonesia yang relatif stabil dan menjanjikan, dengan sektor perbankan yang kuat dan transaksi digital yang terus bertumbuh.