Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti dilema yang dihadapi bank sentral global akibat ketegangan geopolitik, khususnya konflik Israel-Iran.
Kondisi ini menyulitkan bank sentral untuk menurunkan suku bunga, kendati ekonomi global menunjukkan pelemahan.
Dilema Bank Sentral di Tengah Ketegangan Geopolitik
Semester II 2025 seharusnya menjadi momentum bagi bank sentral negara maju seperti Federal Reserve, ECB, dan Bank Sentral Inggris untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Perlambatan ekonomi dan inflasi yang mulai mereda menjadi dasar pertimbangan tersebut.
Namun, eskalasi konflik di Timur Tengah membuyarkan harapan tersebut.
Sri Mulyani menekankan kesulitan bank sentral dalam menghadapi dilema ini.
Di satu sisi, ekonomi global melemah. Di sisi lain, harga tetap tinggi karena gangguan pasokan dan ketidakpastian.
Dampak pada Ekonomi Indonesia
Ketidakpastian global berdampak signifikan pada harga komoditas.
Indonesia, sebagai negara kaya sumber daya alam, sangat rentan terhadap fluktuasi harga komoditas.
Negosiasi antara AS dan China juga menjadi faktor ketidakpastian yang mempengaruhi perekonomian Indonesia.
Indonesia, sebagai negara dengan perekonomian terbuka, harus siap menghadapi ketidakpastian ini.
Konflik Israel-Iran dan Implikasinya
Serangan udara Israel ke Iran pada 13 Juni 2025 meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.
Iran berjanji akan membalas serangan tersebut dan menolak negosiasi gencatan senjata.
Teheran hanya akan bernegosiasi setelah memberikan respons atas serangan Israel, demikian disampaikan kepada mediator Qatar dan Oman.
Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh konflik ini memperparah dilema yang dihadapi bank sentral global.
Situasi ini tentunya berdampak luas terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia, yang membutuhkan strategi antisipatif untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
Perlu strategi jitu untuk menghadapi dampak ekonomi dari konflik ini dan menjaga stabilitas perekonomian nasional.
