Harga emas melesat ke titik tertinggi dalam sepekan pada perdagangan Kamis, 12 Juni 2025. Lonjakan ini didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan data ekonomi AS yang lebih lemah dari ekspektasi. Kondisi ini memicu spekulasi baru tentang kemungkinan The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga.
Kenaikan harga emas ini menambah optimisme investor terhadap logam mulia sebagai aset safe haven. Peristiwa global yang tidak pasti kerap mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset yang dianggap lebih aman.
Harga Emas Tembus USD 3.387 per Ounce
Harga emas spot tercatat naik 1,1 persen menjadi USD 3.387,99 per ounce. Sementara itu, harga emas berjangka AS mengalami penguatan yang lebih signifikan, mencapai 2 persen dan menyentuh angka USD 3.410,70.
Peter Grant, Wakil Presiden dan Analis Strategi Logam Senior Zanier Metals, menjelaskan bahwa kenaikan harga emas selama dua hari berturut-turut ini didorong oleh meningkatnya risiko geopolitik. Ia memperkirakan, jika harga emas kembali menembus level USD 3.400, maka potensi untuk mencapai rekor tertinggi sepanjang masa semakin besar. Meskipun masih ada beberapa rintangan kecil di level USD 3.417 dan USD 3.431.
Dampak Ketegangan Geopolitik dan Data Ekonomi AS
Pernyataan Presiden AS Donald Trump tentang pemindahan personel dari Timur Tengah karena alasan keamanan, meningkatkan kekhawatiran geopolitik. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Menteri Pertahanan Iran, Azis Nasirzadeh, yang mengancam akan membalas serangan terhadap Iran dengan menyerang pangkalan-pangkalan AS di kawasan tersebut.
Di sisi lain, data ekonomi AS menunjukkan peningkatan harga produsen yang lebih rendah dari perkiraan pada Mei. Jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran juga tetap tinggi, mengindikasikan pasar tenaga kerja yang masih kuat. Namun, data ini justru dipandang sebagai sinyal yang mendorong The Fed untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga.
Peluang penurunan suku bunga The Fed pada September diperkirakan mencapai 80 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan prediksi sebelumnya yang menempatkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan Desember.
Pergerakan Harga Logam Mulia Lainnya dan Prediksi Ke Depan
Harga perak spot mengalami penurunan tipis sebesar 0,07 persen, menjadi USD 36,24 per ounce. Meskipun demikian, Peter Grant optimistis bahwa harga perak berpotensi mencapai USD 40 per ounce jika berhasil menembus level USD 38. Hal ini didukung oleh defisit pasokan multi-tahun dan kekuatan teknikal yang baru.
Harga platinum turun sedikit, 0,02 persen, ke posisi USD 1.259,80, tetap berada di level tertinggi dalam empat tahun terakhir. Sementara itu, harga paladium mengalami penurunan yang lebih signifikan, sebesar 2,7 persen, menjadi USD 1.063.
Ibrahim Assuaibi, pengamat mata uang dan komoditas, memprediksi harga emas akan terus menguat dan berpotensi menembus level USD 3.400 per troy ounce. Ia menilai kondisi geopolitik dan ekonomi global sebagai pendorong utama kenaikan harga emas. Salah satu faktornya adalah kemungkinan tercapainya kesepakatan perdagangan antara AS dan Tiongkok.
Presiden Trump sebelumnya telah memberi sinyal kemungkinan memperpanjang penundaan tarif, yang dianggap sebagai langkah positif dalam negosiasi perdagangan. Penurunan harga emas di pembukaan pasar Eropa bahkan dilihat sebagai sinyal bagi investor besar untuk melakukan pembelian besar-besaran di level harga terendah sebelum tren kenaikan berlanjut.
Data inflasi inti AS yang lebih rendah dari perkiraan juga turut mendorong kenaikan harga emas. Hal ini menyebabkan penurunan imbal hasil obligasi dan nilai dolar AS, yang secara umum menguntungkan harga emas. Peluang The Fed memangkas suku bunga pada September kini diperkirakan mencapai 68 persen, menurut alat pemantau CME FedWatch.
Kesimpulannya, pergerakan harga emas dalam beberapa hari terakhir dipengaruhi oleh beberapa faktor kompleks, mulai dari ketegangan geopolitik hingga data ekonomi makro. Peristiwa-peristiwa ini akan terus mempengaruhi pasar dan perlu dipantau secara cermat untuk memprediksi pergerakan harga emas di masa mendatang. Tingginya volatilitas pasar saat ini menuntut kewaspadaan bagi para investor.