Indonesia tengah berjuang untuk memberantas malaria, sebuah penyakit yang masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Meskipun kemajuan telah dicapai di banyak wilayah, Papua tetap menjadi tantangan terbesar dalam upaya eliminasi malaria di Tanah Air.
Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, keberhasilan menangani malaria di Papua akan menjadi kunci bagi Indonesia untuk sepenuhnya bebas dari penyakit ini. Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers Asia Pacific Leaders’ Summit on Malaria Elimination ke-9 di Bali, Selasa, 17 Juni 2025.
Papua: Pusat Beban Kasus Malaria Nasional
Data menunjukkan bahwa 476 dari 514 kabupaten/kota di Indonesia (79 persen) telah berhasil mencapai status eliminasi malaria. Namun, lebih dari 93 persen kasus malaria nasional terkonsentrasi di Papua.
Tantangan di Papua sangat kompleks, mencakup kendala geografis yang sulit dijangkau, permasalahan sosial, dan keterbatasan aksesibilitas layanan kesehatan. Kondisi ini menjadi penghalang utama dalam upaya pemberantasan malaria di wilayah tersebut.
Strategi Menuju Nol Kasus Malaria di Papua
Pemerintah Indonesia telah menetapkan beberapa strategi untuk menekan angka kasus malaria di Papua hingga nol. Salah satu fokus utama adalah pencegahan berbasis lingkungan.
Upaya ini bertujuan untuk mengurangi habitat nyamuk Anopheles, vektor utama penularan malaria. Selain itu, perlindungan masyarakat juga menjadi prioritas, melalui distribusi kelambu berinsektisida.
Distribusi kelambu ini didukung oleh Global Fund, dengan total 3,3 juta kelambu telah didistribusikan secara rutin. Hal ini menjadi bagian penting dari strategi pencegahan malaria secara menyeluruh.
Inovasi juga menjadi kunci dalam strategi ini. Penggunaan Mass Drug Administration (MDA) atau pemberian obat pencegahan malaria secara massal sedang diuji coba.
Uji coba di dua kota menunjukkan penurunan insiden malaria hingga 50 persen. Namun, biaya yang tinggi untuk program ini memerlukan evaluasi lebih lanjut terkait efisiensi dan keberlanjutannya.
Ketersediaan pengobatan yang luas juga menjadi faktor penting. Deteksi dini dan pengobatan cepat bagi penderita malaria sangat krusial untuk mencegah komplikasi dan kematian.
Kerja Sama Lintas Negara dan Komitmen Daerah
Menkes Budi menekankan pentingnya kerja sama lintas negara dalam upaya eliminasi malaria. Nyamuk pembawa malaria tidak mengenal batas wilayah administratif.
Oleh karena itu, kerja sama dengan Papua Nugini sangat penting, mengingat kedua wilayah berdekatan secara geografis. Indonesia telah menandatangani _joint action plan_ dengan pemerintah Papua Nugini.
Selain kerja sama internasional, komitmen dari pemerintah daerah juga sangat penting. Semua gubernur di Papua telah berkomitmen untuk mengejar target eliminasi malaria pada tahun 2030.
Dengan strategi yang komprehensif dan komitmen dari berbagai pihak, Indonesia optimistis dapat mencapai target eliminasi malaria sesuai dengan target WHO pada tahun 2030.
Meskipun angka kematian akibat malaria di Indonesia sekitar 130 kasus per tahun, angka ini masih menjadi yang tertinggi dibandingkan penyakit menular lain yang ditularkan nyamuk seperti demam berdarah, Japanese encephalitis, dan chikungunya. Tantangan besar ini membutuhkan upaya berkelanjutan dan terintegrasi.
Keberhasilan Indonesia dalam memberantas malaria tidak hanya akan meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga akan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di Papua dan Indonesia secara keseluruhan. Upaya ini memerlukan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, lembaga kesehatan internasional, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.