Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengakui bahwa 40 persen gabah petani dijual di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 6.500 per kg. Namun, ia menekankan bahwa sebagian besar penjualan gabah tetap berada di atas harga patokan tahun sebelumnya. Perbandingan ini dibuat untuk menunjukkan peningkatan pendapatan petani meskipun ada sebagian yang masih menjual di bawah HPP.
Meskipun ada beberapa daerah terpencil seperti Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Papua Selatan yang mengalami penjualan gabah di harga yang lebih rendah, Wamentan memastikan bahwa angka ini relatif kecil. Pemerintah berupaya untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut dan memastikan kesejahteraan petani tetap terjaga.
Daftar Baca
Harga Gabah Petani Tetap Meningkat Dibanding Tahun Lalu
Wamentan menjelaskan bahwa meskipun 40 persen gabah dijual di bawah HPP terbaru, sebagian besar penjualan gabah tetap di atas harga HPP tahun lalu yang hanya Rp 6.000 per kg. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pembelian beras oleh Perum Bulog sebelumnya, yang kurang maksimal menyerap gabah petani secara langsung.
Dengan HPP gabah yang naik menjadi Rp 6.500 per kg, petani tetap mendapatkan keuntungan yang lebih baik meskipun sebagian kecil menjual di bawah harga tersebut. Wamentan menegaskan bahwa ini merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Peran Bulog dalam Menjaga Stabilitas Harga Beras
Perum Bulog telah berhasil menyerap 2,1 juta ton gabah dan beras pada periode Januari-Mei 2025. Pencapaian ini juga berdampak pada stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang mencapai rekor 3,7 juta ton.
Namun, Wamentan juga mengingatkan pentingnya pengawasan terhadap tren harga gabah yang cenderung turun meskipun Bulog telah melakukan penyerapan besar-besaran. Hal ini mengindikasikan masih banyaknya gabah yang beredar di pasaran, sehingga perlu strategi yang lebih tepat untuk mengendalikan harga.
Strategi Bulog ke Depan
Bulog perlu meningkatkan upaya penyerapan gabah petani, khususnya yang dijual di bawah HPP. Peningkatan ini bertujuan untuk menstabilkan harga gabah dan memastikan pendapatan petani tetap terjaga.
Pemerintah berkomitmen untuk terus memantau dan mencari solusi atas permasalahan harga gabah di bawah HPP. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan program ketahanan pangan nasional.
Produksi Beras Melimpah dan Peluang Ekspor
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kenaikan produksi beras sebesar 51 persen pada kuartal I 2025. Kondisi ini menunjukkan surplus produksi beras di Indonesia.
Dengan stok CBP yang melimpah, Wamentan membuka peluang untuk menyalurkan bantuan beras ke negara-negara yang membutuhkan, seperti Palestina. Langkah ini merupakan bentuk kepedulian Indonesia terhadap isu kemanusiaan internasional.
Pentingnya Ketahanan Pangan Nasional
Pemerintah terus mendorong petani untuk meningkatkan produksi gabah melalui berbagai program. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan nasional jangka panjang.
Wamentan juga mengingatkan agar keberhasilan penyerapan gabah ini dapat dipertahankan hingga akhir tahun 2025. Koordinasi yang baik antara pemerintah, Bulog, dan petani sangat diperlukan untuk mencapai hal tersebut.
Sebagai penutup, meskipun masih terdapat tantangan dalam menjaga stabilitas harga gabah, upaya pemerintah dalam meningkatkan HPP dan kerja sama dengan Bulog menunjukkan komitmen untuk melindungi petani dan memastikan ketahanan pangan nasional. Surplus produksi beras juga membuka peluang untuk membantu negara lain yang membutuhkan dan memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional. Ke depan, pemantauan yang ketat dan strategi yang adaptif tetap diperlukan untuk menghadapi fluktuasi harga dan memastikan kesejahteraan petani.