Harga minyak dunia mengalami penurunan pada perdagangan Kamis, 3 Juli 2025. Penurunan ini terjadi di tengah kekhawatiran akan dampak penerapan kembali tarif impor AS dan peningkatan pasokan minyak yang diproyeksikan oleh OPEC+. Harga minyak Brent turun 0,98% menjadi USD 68,43 per barel, sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) susut 1,25% menjadi USD 66,61 per barel.
Meskipun sempat mencapai titik tertinggi dalam seminggu pada Rabu, naiknya harga sempat dipicu oleh penangguhan kerja sama Iran dengan pengawas nuklir PBB dan kesepakatan perdagangan awal antara AS dan Vietnam. Namun, ketidakpastian terkait tarif AS yang akan berakhir pada 9 Juli, dan belum adanya kesepakatan perdagangan dengan beberapa negara utama seperti Uni Eropa dan Jepang, menimbulkan kekhawatiran terhadap dampak ekonomi global, termasuk permintaan bahan bakar.
Daftar Baca
Persediaan Minyak Naik dan Dampaknya
Peningkatan yang tak terduga pada persediaan minyak mentah AS juga menjadi faktor penyebab penurunan harga minyak. Badan Informasi Energi AS melaporkan kenaikan persediaan sebesar 3,8 juta barel, jauh melampaui prediksi penurunan 1,8 juta barel.
Kenaikan persediaan ini menguatkan kekhawatiran akan melemahnya permintaan di negara konsumen minyak terbesar di dunia. Hal ini ditambah dengan data pertumbuhan aktivitas jasa di China yang melambat, menunjukkan permintaan minyak yang lesu.
Harga Minyak Meroket Sementara Sebelumnya
Sebelum penurunan pada Kamis, harga minyak mentah sempat melonjak pada Rabu. Kenaikan ini dipicu oleh keputusan Iran untuk menangguhkan kerja sama dengan pengawas nuklir PBB.
Harga minyak Brent naik 2,98% ditutup pada USD 69,11 per barel, sementara WTI naik 3,06% ditutup pada USD 67,45 per barel. Namun, peningkatan persediaan minyak mentah AS membatasi kenaikan harga tersebut.
Analisis atas Kenaikan dan Penurunan Harga
Keputusan Iran dinilai pasar sebagai peningkatan risiko geopolitik, meskipun belum ada gangguan nyata terhadap pasokan minyak. Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS, menyebutkan bahwa ini lebih didorong oleh sentimen pasar.
Di sisi lain, Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho, menyoroti penurunan permintaan bensin di AS yang berada di bawah angka ideal selama musim panas, yang mengindikasikan melemahnya konsumsi.
Peningkatan Pasokan dan Prospek Pasar
OPEC+ direncanakan akan meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada pertemuannya pada 6 Juli. Kenaikan ini sejalan dengan kenaikan pada bulan-bulan sebelumnya dan tampaknya sudah diantisipasi oleh pasar.
Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova, menyatakan bahwa peningkatan pasokan OPEC+ tidak akan mengejutkan pasar lagi dalam waktu dekat. Arab Saudi sendiri telah meningkatkan pengirimannya pada Juni, namun ekspor OPEC+ secara keseluruhan relatif stabil sejak Maret.
Laporan Ketenagakerjaan AS dan Implikasinya
Laporan ketenagakerjaan AS yang dirilis pada Kamis mempengaruhi ekspektasi pasar mengenai kebijakan suku bunga Federal Reserve. Pertumbuhan lapangan kerja yang solid dan penurunan tingkat pengangguran dapat menyebabkan penundaan pemotongan suku bunga.
Suku bunga yang lebih tinggi dapat menghambat aktivitas ekonomi dan mengurangi permintaan minyak. Sebaliknya, suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak. Oleh karena itu, laporan ini sangat penting dalam membentuk pergerakan harga minyak ke depan.
Kesimpulannya, penurunan harga minyak pada Kamis, 3 Juli 2025, merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan. Peningkatan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS, melemahnya permintaan di China, dan ketidakpastian terkait tarif impor AS telah melemahkan harga. Meskipun sempat terjadi kenaikan harga akibat faktor geopolitik, peningkatan pasokan yang direncanakan oleh OPEC+ dan ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter AS telah memberikan tekanan ke bawah pada harga minyak. Perkembangan selanjutnya terkait kebijakan tarif AS dan data ekonomi global akan tetap menjadi faktor penentu pergerakan harga minyak di masa mendatang.