Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tipis pada perdagangan Kamis, 3 Juli 2025, menutup sesi perdagangan di zona merah. Penurunan ini terjadi di tengah volume transaksi harian yang berada di bawah Rp 10 triliun. Kondisi pasar saham domestik mencerminkan dinamika yang kompleks, dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal.
Data RTI menunjukkan IHSG melemah 0,05% dan parkir di posisi 6.878,05. Indeks LQ45 juga turut terkoreksi, turun 0,08% ke level 765,58. Pergerakan indeks saham acuan lainnya menunjukkan variasi yang cukup signifikan.
Daftar Baca
IHSG Hari Ini: Koreksi Tipis di Tengah Transaksi Lemah
IHSG hari ini bergerak dalam rentang sempit, mencapai titik tertinggi 6.922,73 dan terendah 6.877,43. Sebanyak 239 saham mengalami pelemahan, menekan performa IHSG secara keseluruhan.
Sebaliknya, 324 saham mencatatkan penguatan, sementara 230 saham lainnya stagnan. Total frekuensi perdagangan mencapai 1.036.540 kali dengan volume 18,5 miliar saham. Nilai transaksi harian tercatat Rp 8 triliun. Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah berada di kisaran 16.183.
Pergerakan Sektoral: Sektor Konsumer Nonsiklikal Melesat
Mayoritas sektor saham menunjukan kinerja positif, dipimpin oleh sektor konsumer nonsiklikal yang mengalami kenaikan signifikan sebesar 1,34%. Sektor ini menjadi pendorong utama penguatan indeks.
Sektor transportasi dan sektor dasar industri juga menunjukan pertumbuhan yang baik, masing-masing naik 1,26% dan 1,17%. Sektor energi, consumer siklikal, kesehatan, properti, dan infrastruktur juga mengalami kenaikan, meskipun dalam skala yang lebih kecil.
Di sisi lain, sektor keuangan, teknologi, dan industri menunjukan pelemahan. Sektor keuangan mengalami penurunan 0,31%, teknologi turun 0,16%, dan industri susut 0,07%.
Analisis Pergerakan Saham dan Sentimen Pasar
Beberapa saham mengalami fluktuasi harga yang signifikan. Saham TOWR misalnya, turun 2,73% ke Rp 535 per saham, sementara saham PTMP terkoreksi 7,5% ke Rp 111 per saham. Sebaliknya, saham IPCC menunjukan kenaikan 1,01% ke Rp 1.005 per saham.
Saham Top Gainers dan Losers
Saham COCO menjadi top gainers dengan lonjakan 34,19%, diikuti ARGO (25%), SAPX (24,62%), INPS (19,46%), dan GDST (19%). Di sisi lain, GPRA menjadi top losers dengan penurunan 13,82%, disusul IKAI (12,50%), CINT (11,52%), CSMI (11,25%), dan BAPI (11,11%).
Saham Teraktif Berdasarkan Nilai dan Frekuensi
Saham BMRI, ANTM, BBRI, BBCA, dan DSSA menjadi saham teraktif berdasarkan nilai transaksi. Sementara itu, saham KRYA, ANTM, BBRI, KRAS, dan LABA mendominasi daftar saham teraktif berdasarkan frekuensi perdagangan.
Analis Maximilianus Nico Demus dari Pilarmas Investindo Sekuritas menilai kesepakatan perdagangan antara AS dan Vietnam berpotensi meredakan ketegangan perdagangan global. Kesepakatan ini, menurutnya, dapat menjadi batu loncatan untuk mencapai kesepakatan serupa dengan negara lain.
Di sisi lain, keputusan Iran untuk menghentikan kerja sama dengan pengawas nuklir PBB menambah ketidakpastian geopolitik. Perkembangan ini berpotensi mempengaruhi sentimen pasar secara global, termasuk pasar saham di Indonesia.
Pemerintah Indonesia, melalui Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, menyatakan harapannya agar Indonesia terhindar dari tarif resiprokal yang tinggi dari AS. Pemerintah telah mengajukan penawaran berupa investasi di sektor mineral kritis dan ekosistem kendaraan listrik.
Namun, keputusan akhir mengenai tarif tersebut tetap berada di tangan AS. Pada awal April 2025, AS telah resmi mengenakan tarif resiprokal 32 persen kepada Indonesia.
Pergerakan Bursa Saham Asia Pasifik
Bursa saham di kawasan Asia Pasifik menunjukan pergerakan yang beragam pada perdagangan Kamis pekan ini. Nikkei mengalami penurunan 0,58%, sementara Hang Seng menunjukan kenaikan 0,62%.
Shanghai terkoreksi 0,09%, sedangkan Strait Times mengalami kenaikan 0,53%. Pergerakan pasar saham regional ini turut dipengaruhi oleh sentimen global dan dinamika ekonomi masing-masing negara.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG pada Kamis, 3 Juli 2025, menunjukkan koreksi tipis di tengah volume transaksi yang relatif rendah. Dinamika sektoral yang beragam dan sentimen global yang masih bergejolak menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mengamati perkembangan pasar saham Indonesia ke depannya. Perkembangan negosiasi tarif antara Indonesia dan AS serta situasi geopolitik global akan terus menjadi faktor penentu arah pergerakan IHSG.