Presiden Prabowo Subianto telah mengeluarkan instruksi tegas untuk menghentikan impor empat komoditas pangan pokok: beras, jagung, gula konsumsi, dan garam konsumsi. Keputusan ini disambut positif oleh Kementerian Koordinator Bidang Pangan yang menekankan pentingnya pencapaian target tersebut untuk mencapai kedaulatan pangan nasional. Langkah ini merupakan komitmen pemerintah dalam meningkatkan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Langkah berani ini diambil dalam rapat kabinet di awal masa kepemimpinan Presiden Prabowo. Kemenko Pangan melihat pentingnya upaya serius untuk mencapai kemandirian pangan, dimulai dari komoditas-komoditas dasar ini.
Setop Impor: Fokus pada Peningkatan Produksi Beras
Prioritas utama adalah mencapai target nol impor beras pada tahun ini. Strategi yang diterapkan adalah peningkatan produksi beras nasional dan memastikan setiap faktor pendukung produksi berjalan optimal. Hal ini membutuhkan koordinasi antar kementerian dan lembaga terkait, dengan peningkatan produksi sebagai kunci utamanya.
Kemenko Pangan akan berperan aktif dalam mengkoordinasikan upaya ini. Target produksi yang tinggi menjadi fokus utama dalam strategi ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan produksi beras nasional sebesar 54 persen dari tahun 2024. Cadangan Beras Pemerintah (CBP) pun melimpah, mencapai 4 juta ton yang dikelola oleh Bulog.
Cadangan Beras Pemerintah: Gambaran Sebagian Kecil Produksi Nasional
Meskipun CBP mencapai 4 juta ton, angka tersebut hanya mewakili sebagian kecil dari total produksi beras nasional. Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menjelaskan bahwa Bulog hanya menyerap sekitar 10 persen dari total hasil panen beras dalam negeri. Artinya, produksi beras nasional sebenarnya jauh lebih besar.
Total produksi beras nasional diperkirakan sepuluh kali lipat dari jumlah yang dimiliki Bulog. Hal ini perlu dipahami agar tidak terjadi kesalahpahaman tentang ketersediaan beras nasional.
Sudaryono menambahkan bahwa Bulog hanya menyerap beras dari petani yang kesulitan menjual hasil panennya kepada pengusaha swasta. Bulog membeli gabah kering panen (GKP) dengan harga Rp 6.500 per kilogram.
Peran Bulog dalam Menjaga Stabilitas Pasokan Beras
Bulog memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga beras. Lembaga ini bertugas menyerap hasil panen petani yang tidak terserap oleh pasar swasta, terutama di daerah-daerah yang akses pasarnya terbatas.
Dengan harga pembelian GKP sebesar Rp 6.500 per kilogram, Bulog membantu petani dalam memasarkan hasil panennya. Ini menjamin kesejahteraan petani dan ketersediaan beras di pasaran.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman sebelumnya menyatakan bahwa stok beras nasional telah mencapai lebih dari 4 juta ton, capaian tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan optimisme pemerintah dalam mencapai swasembada beras pada tahun 2027 sesuai target Presiden Prabowo.
Amran Sulaiman juga yakin bahwa Indonesia tidak perlu mengimpor beras tahun ini karena ketersediaan stok yang sangat melimpah. Optimisme ini didasarkan pada data produksi dan cadangan beras yang ada.
Dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan peran Bulog dalam menjaga stabilitas pasar, upaya untuk mencapai swasembada beras dan penghentian impor empat komoditas pangan pokok tersebut memiliki peluang yang cukup besar untuk berhasil. Keberhasilan ini akan berdampak positif bagi ketahanan pangan dan ekonomi nasional. Namun, keberhasilan program ini juga bergantung pada efektifitas koordinasi antar lembaga dan kestabilan iklim yang mendukung produktivitas pertanian.