Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi Indonesia pada bulan Juni 2025 mencapai 0,19 persen secara bulanan (month-to-month). Kenaikan ini didorong terutama oleh peningkatan harga beras.
Secara tahunan (year-on-year/YoY), inflasi tercatat sebesar 1,87 persen. Sementara itu, inflasi sejak awal tahun (year-to-date/YTD) mencapai 1,38 persen.
Inflasi Juni 2025: Beras sebagai Penyumbang Utama
Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan kenaikan indeks harga konsumen dari 108,07 pada Mei 2025 menjadi 108,27 pada Juni 2025.
Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar, mencapai 0,46 persen dan berkontribusi 0,13 persen terhadap inflasi keseluruhan.
Beras menjadi komoditas utama yang mendorong inflasi dalam kelompok tersebut, memberikan andil sebesar 0,04 persen.
Komoditas lain yang turut berkontribusi pada inflasi antara lain tarif angkutan udara (0,04 persen), cabai rawit (0,03 persen), serta bawang merah, tomat, dan emas perhiasan (masing-masing 0,02 persen).
Di sisi lain, beberapa komoditas justru mengalami deflasi. Cabai merah dan bawang putih memberikan andil deflasi sebesar 0,03 persen, sementara bensin berkontribusi 0,02 persen pada deflasi.
Stabilitas Harga Beras: Kunci Daya Beli dan Ketahanan Pangan
Anggota Komisi IV DPR RI, Robert J Kardinal, menekankan pentingnya menjaga stabilitas harga beras. Hal ini krusial untuk melindungi daya beli masyarakat dan mendukung ketahanan pangan nasional.
Dengan produksi beras nasional yang meningkat dan cadangan mencapai lebih dari 4 juta ton, seharusnya harga beras terkendali.
Robert memperkirakan produksi beras tahun 2025 akan mencapai 35,6 juta ton. Kondisi ini seharusnya mencegah kenaikan harga di berbagai daerah.
Menurutnya, logika ekonomi menunjukkan bahwa pasokan berlimpah seharusnya membuat harga berada di bawah atau sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).
Robert mendesak pihak terkait untuk segera mengambil langkah stabilisasi harga beras di berbagai wilayah yang mengalami inflasi.
Distribusi Beras dan Langkah Strategis ke Depan
Robert menyarankan peningkatan distribusi beras melalui Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP). Langkah ini diharapkan mampu menekan lonjakan harga.
Ia mendorong distribusi SPHP yang merata untuk menstabilkan harga beras secara efektif.
Sebagai anggota Komisi IV DPR, Robert juga menekankan perlunya evaluasi menyeluruh di lapangan. Tujuannya adalah mengidentifikasi penyebab utama kenaikan harga beras.
Investigasi lapangan yang detail akan membantu menentukan langkah antisipasi yang tepat sasaran untuk mengatasi masalah ini.
Kesimpulannya, inflasi Juni 2025 yang didorong oleh harga beras menyoroti perlunya strategi yang komprehensif. Strategi ini mencakup peningkatan distribusi beras melalui program SPHP dan investigasi mendalam untuk mengidentifikasi akar masalah kenaikan harga.
Langkah-langkah tersebut penting untuk menjaga stabilitas harga, melindungi daya beli masyarakat, dan memastikan ketahanan pangan nasional tetap terjaga.