preloader

Penggabungan Asuransi BUMN: Untungnya Besar, Risikonya Seberapa?

Penggabungan Asuransi BUMN: Untungnya Besar, Risikonya Seberapa?

Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) tengah mempertimbangkan konsolidasi perusahaan asuransi milik negara. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan efisiensi industri asuransi nasional. Rencana ini telah memicu diskusi dan analisis mendalam mengenai potensi keuntungan dan kerugiannya.

Konsolidasi perusahaan asuransi BUMN ini bertujuan untuk menciptakan entitas yang lebih besar dan kuat. Dengan penggabungan sumber daya, diharapkan perusahaan asuransi BUMN dapat menanggung risiko yang lebih besar dan bersaing secara global. Namun, sejumlah tantangan dan pertimbangan perlu dikaji lebih lanjut.

Potensi Positif Konsolidasi Asuransi BUMN

Menurut pengamat asuransi Irvan Rahardjo, merger akan meningkatkan kapasitas dan permodalan BUMN asuransi.

Hal ini akan memperluas kemampuan mereka dalam menerima risiko pertanggungan.

Sinergi antar BUMN juga akan tercipta, misalnya menggabungkan keunggulan SDM atau digitalisasi dari masing-masing perusahaan.

Peningkatan kapasitas akseptasi risiko menjadi dampak positif lainnya.

Konsolidasi juga berpotensi mengurangi defisit neraca perdagangan jasa asuransi dan menahan premi di dalam negeri.

Efisiensi operasional juga meningkat karena skala ekonomi yang lebih besar.

Pengurangan biaya operasional dapat terwujud melalui rasionalisasi jumlah karyawan dan manajemen.

Tantangan dan Risiko Konsolidasi

Di sisi lain, Irvan Rahardjo menyoroti berkurangnya kompetisi antar BUMN sebagai potensi negatif.

Hal ini dapat mengurangi pilihan bagi konsumen dan pelayanan yang optimal.

Menyatukan perbedaan kultur dan sistem kerja juga menjadi tantangan besar.

Oleh karena itu, Irvan menyarankan pendekatan duopoli.

Duopoli di sini berarti terdapat dua perusahaan BUMN di setiap jenis asuransi untuk tetap menjaga persaingan.

Contohnya, untuk asuransi jiwa, IFG bisa berpasangan dengan Jasa Raharja.

Di asuransi umum, Jasindo dan Tugu Pratama dapat bersaing.

Sementara untuk reasuransi, Indonesia Re dan Nasional Re dapat diposisikan sebagai kompetitor.

Solusi Optimal dan Waktu Implementasi

Irvan memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konsolidasi adalah sekitar 2-3 tahun.

Ia juga menekankan bahwa konsolidasi BUMN tidak akan mengancam perusahaan asuransi swasta.

Perusahaan swasta memiliki keunggulan fleksibilitas dan kecepatan pengambilan keputusan.

Banyak perusahaan swasta besar telah menjalin kerja sama dengan BUMN, seperti PLN, PELNI, dan KAI.

COO Danantara Indonesia, Dony Oskaria, sebelumnya mengusulkan penggabungan karena banyaknya perusahaan BUMN asuransi yang berukuran kecil dan kurang kompetitif.

BPI Danantara telah melakukan evaluasi fundamental bisnis masing-masing perusahaan.

Tahap selanjutnya adalah konsolidasi bisnis, baik melalui perampingan atau merger.

Beberapa perusahaan asuransi BUMN yang mungkin terlibat meliputi Perum Jamkrindo, IFG Life, Asuransi Ekspor Indonesia, Jasa Raharja, Askrindo, Jasindo, Taspen, AXA Mandiri, BNI Life, dan BRI Life.

Konsolidasi asuransi BUMN merupakan langkah strategis yang perlu dikaji secara matang. Meskipun menawarkan potensi keuntungan yang signifikan, tantangannya juga tak bisa dianggap remeh. Pendekatan yang tepat dan perencanaan yang komprehensif akan menentukan keberhasilan upaya ini dalam meningkatkan daya saing dan efisiensi industri asuransi di Indonesia.

Related Post