Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun 2025 melambat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pertumbuhan sebesar 4,87%. Ini merupakan angka terendah sejak kuartal III-2021, di tengah pandemi COVID-19, yang hanya mencapai 3,51%.
Meskipun melambat, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menilai capaian ini tetap patut diapresiasi. Pertumbuhan tersebut diraih di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tekanan kebijakan internasional.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat di Tengah Tekanan Global
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2025 sebesar 4,87% menunjukkan perlambatan. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5% yang umumnya terjadi setelah kuartal III-2021.
Beberapa negara mitra dagang utama Indonesia juga mengalami tekanan ekonomi pada periode yang sama. Malaysia mencatat pertumbuhan 4,4%, Singapura 3,8%, sementara Korea Selatan bahkan mengalami kontraksi 0,1% dan AS 0,3%.
Konsumsi Rumah Tangga Tetap Menjadi Penopang Utama
Konsumsi rumah tangga masih menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusinya mencapai 54,53% dengan pertumbuhan 4,89%.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) berkontribusi 28,03%, namun pertumbuhannya melambat menjadi 2,12%. Ekspor menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, yakni 6,78%, didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas dan pariwisata.
Konsumsi pemerintah, yang berkontribusi 5,88%, justru mengalami kontraksi sebesar -1,38%.
Sektor Pertanian Catat Pertumbuhan Signifikan
Sektor pertanian menjadi sorotan dengan pertumbuhan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, mencapai 10,52%. Ini berbanding terbalik dengan kuartal I tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi 3,54%.
Peningkatan produksi padi dan jagung, masing-masing sebesar 51,45% dan 39,02%, serta meningkatnya permintaan domestik, menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan sektor pertanian ini.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2025 menunjukkan ketahanan di tengah berbagai tantangan global. Walaupun terjadi perlambatan, kontribusi sektor konsumsi rumah tangga dan peningkatan signifikan di sektor pertanian menjadi indikator positif untuk masa depan. Perlu diperhatikan juga perlunya strategi untuk mendorong pertumbuhan PMTB dan konsumsi pemerintah agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.