Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) melemah pada Jumat, 13 Juni 2025, menjelang akhir pekan. Penurunan ini menambah kekhawatiran di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan rencana kenaikan tarif impor.
Penurunan rupiah mencapai 68 poin, dan sempat menyentuh level terendah 16.310 per USD. Kondisi ini menjadi perhatian mengingat fluktuasi nilai tukar yang berpotensi berdampak pada perekonomian domestik.
Daftar Baca
Pelemahan Rupiah di Tengah Ketegangan Timur Tengah
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, memprediksi rupiah akan tetap fluktuatif pada perdagangan Senin depan, diperkirakan berada di kisaran Rp16.300 – Rp16.350 per USD.
Pelemahan rupiah ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Serangan Israel terhadap Iran memicu sentimen risk-off di pasar global.
Serangan Israel tersebut telah meningkatkan kekhawatiran investor akan dampaknya pada stabilitas regional dan harga minyak dunia. Hal ini secara tidak langsung menekan nilai rupiah.
Ketegangan semakin meningkat karena Iran melaporkan adanya ledakan di Teheran. Situasi ini menambah ketidakpastian di pasar keuangan global.
Menanggapi serangan tersebut, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyebut tindakan Israel sebagai tindakan sepihak dan menegaskan bahwa AS tidak terlibat.
Rubio juga mendesak Iran untuk tidak menyerang kepentingan atau warga negara AS di wilayah tersebut. Pernyataan ini bertujuan untuk mencegah eskalasi konflik lebih lanjut.
Ancaman Kenaikan Tarif Impor Mengganggu Pasar
Selain ketegangan geopolitik, rencana Presiden Donald Trump untuk menaikkan tarif otomotif juga turut menekan rupiah.
Rencana ini menimbulkan kecemasan baru di tengah pasar, terutama setelah kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok baru saja selesai. Kenaikan tarif berpotensi mengganggu perdagangan global.
Kenaikan tarif impor dapat berdampak negatif pada neraca perdagangan Indonesia. Hal ini tentu akan berdampak pula terhadap nilai tukar rupiah.
Kinerja Penjualan Eceran Indonesia Meningkat di Mei 2025
Di tengah pelemahan rupiah, Bank Indonesia (BI) memprediksi peningkatan penjualan eceran di Indonesia pada Mei 2025.
Indeks Penjualan Riil (IPR) diperkirakan mencapai 234,0, atau tumbuh 2,6 persen year on year (yoy). Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan April yang mengalami kontraksi.
Peningkatan ini didorong oleh peningkatan penjualan barang budaya dan rekreasi, makanan, minuman, dan tembakau, serta sandang. Hal ini menunjukkan peningkatan daya beli masyarakat.
Meskipun terjadi peningkatan secara tahunan, penjualan eceran pada Mei 2025 diprediksi mengalami kontraksi 0,6 persen month to month (mtm).
Kontraksi tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tetap menunjukkan tren positif meski ada tantangan.
Faktor Pendorong Peningkatan Penjualan Eceran
- Peningkatan penjualan perlengkapan rumah tangga lainnya (tumbuh 5,5 persen mtm) didorong oleh peningkatan permintaan menjelang hari besar keagamaan.
- Peningkatan penjualan barang budaya dan rekreasi (tumbuh 0,2 persen mtm) juga dipengaruhi oleh libur panjang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Waisak dan Kenaikan Yesus Kristus.
Peningkatan penjualan ini mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat masih cukup kuat meskipun menghadapi tantangan ekonomi global.
Inflasi diperkirakan menurun pada Juli dan Oktober 2025, tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini memberikan sedikit optimisme di tengah situasi ekonomi global yang masih penuh tantangan.
Secara keseluruhan, meskipun rupiah melemah, prospek ekonomi Indonesia masih menunjukkan beberapa tanda positif, terutama dari sisi konsumsi domestik. Namun, tetap diperlukan kewaspadaan terhadap perkembangan geopolitik dan kebijakan ekonomi global yang dinamis.