Rupiah mengawali perdagangan Kamis, 12 Juni 2025 dengan penguatan. Nilai tukar rupiah menguat 8 poin atau 0,05 persen, mencapai 16.252 per dolar AS. Ini merupakan peningkatan dari posisi sebelumnya di angka 16.260 per dolar AS. Penguatan ini didorong oleh beberapa faktor, baik dari dalam negeri maupun dari perkembangan ekonomi global.
Penguatan rupiah ini tak lepas dari sentimen positif yang berasal dari kabar baik ekonomi global. Inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari ekspektasi pasar menjadi salah satu faktor kunci. Hal ini memberikan optimisme baru di pasar keuangan internasional.
Inflasi AS di Bawah Ekspektasi, Dorong Penguatan Rupiah
Inflasi AS pada Mei 2025 tercatat naik 2,4 persen secara tahunan (year-on-year). Angka ini sedikit lebih tinggi dari bulan April yang berada di 2,3 persen. Namun, angka tersebut tetap berada di bawah proyeksi para ekonom yang memperkirakan inflasi mencapai 2,5 persen. Inflasi inti (core inflation) AS juga lebih rendah dari perkiraan, yakni 2,8 persen yoy dibandingkan proyeksi 2,9 persen.
Presiden AS, Donald Trump, merespon data ini dengan menyerukan The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 1 persen. Rully Nova, analis dari Bank Woori Saudara, menjelaskan bahwa inflasi AS yang lebih rendah dari ekspektasi disebabkan oleh stok barang yang masih kuat dan beban tarif impor yang masih ditanggung oleh produsen domestik AS. Kondisi ini berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah.
Sentimen Positif Domestik Mendukung Penguatan Rupiah
Di dalam negeri, sentimen positif juga turut berkontribusi terhadap penguatan rupiah. Survei Bank Indonesia memproyeksikan peningkatan keyakinan konsumen. Hal ini memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Rully menambahkan bahwa stimulus ekonomi pemerintah dan peningkatan jumlah uang beredar menjadi pendorong utama optimisme konsumen.
Indeks keyakinan konsumen diperkirakan akan naik menjadi 123 pada Mei 2025. Kenaikan ini menunjukkan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian, yang pada akhirnya juga berdampak positif terhadap nilai tukar rupiah. Kombinasi faktor global dan domestik inilah yang menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi rupiah.
Prospek Penguatan Rupiah di Masa Mendatang
Dengan adanya kombinasi faktor global yang positif, seperti inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan, dan sentimen domestik yang baik, rupiah berpotensi untuk terus menguat terhadap dolar AS dalam waktu dekat. Peningkatan keyakinan konsumen dan stimulus ekonomi pemerintah turut memperkuat prospek tersebut.
Namun, perlu diingat bahwa pasar keuangan sangat dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bisa berubah dengan cepat. Oleh karena itu, perlu kewaspadaan dan pemantauan terus menerus terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik untuk mengantisipasi potensi perubahan nilai tukar rupiah. Meskipun demikian, untuk saat ini, tren penguatan rupiah menunjukkan sinyal positif bagi perekonomian Indonesia.