Harga minyak dunia anjlok lebih dari enam persen pada Senin (23/6), menyusul serangan balasan Iran terhadap pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Qatar. Penurunan ini terjadi sebagai reaksi atas serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran di akhir pekan sebelumnya. Serangan Iran ini diartikan sebagai aksi balasan.
Menjelang pukul 18.15 GMT, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) merosot 6,5 persen menjadi US$69,96 per barel. Harga minyak mentah berjangka Brent juga mengalami penurunan signifikan, yaitu 6,4 persen, menjadi US$72,07 per barel. Ini merupakan level terendah dalam 10 hari terakhir.
Seorang pejabat pertahanan AS menyatakan tidak ada korban jiwa dari pihak Amerika dalam insiden tersebut. Para analis berpendapat bahwa serangan Iran tampaknya tidak terjadi di dekat infrastruktur minyak utama, sehingga dampaknya terhadap pasokan minyak global relatif terbatas.
John Kilduff, analis dari Again Capital, menggambarkan tindakan Iran sebagai “langkah terukur” yang jauh dari pusat populasi. Ia menambahkan, “Ini adalah tindakan menyelamatkan muka oleh Iran dan mudah-mudahan jalan keluar diplomatik akan diambil.” Pernyataan ini menunjukkan adanya harapan akan penyelesaian konflik melalui jalur diplomasi.
Ketegangan Iran-AS dan Dampaknya terhadap Selat Hormuz
Bentrokan antara Iran dan AS kembali menyoroti pentingnya Selat Hormuz, jalur air strategis untuk perdagangan minyak dunia. Selat ini selama ini seringkali menjadi alat tawar-menawar geopolitik bagi Iran.
Teheran telah beberapa kali mengancam akan menutup Selat Hormuz di tengah meningkatnya ketegangan, tetapi ancaman tersebut belum pernah direalisasikan. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi gangguan terhadap pasokan minyak global.
Kilduff menyatakan keyakinannya bahwa serangan ini tidak akan berdampak signifikan terhadap aliran minyak di wilayah tersebut, setidaknya dalam waktu dekat. Pernyataan ini memberikan sedikit ketenangan di tengah kekhawatiran akan krisis energi global.
Serangan Rudal Iran dan Respon Internasional
Iran melancarkan serangan rudal ke pangkalan militer AS Al Udeid di Qatar pada Senin (23/6) malam waktu setempat. Serangan ini digambarkan sebagai respons “kuat” terhadap serangan AS baru-baru ini.
Pangkalan Al Udeid merupakan pangkalan militer penting yang menampung ribuan personel militer AS, termasuk markas depan Komando Pusat AS, pasukan operasi khusus, dan unit udara. Serangan ini meningkatkan ketegangan geopolitik di kawasan tersebut.
Reaksi internasional terhadap serangan tersebut masih terus berkembang. Banyak negara menyerukan de-eskalasi dan solusi diplomatik untuk menyelesaikan konflik antara Iran dan AS. Situasi ini terus dipantau secara ketat oleh berbagai pihak.
Meskipun harga minyak mengalami penurunan signifikan setelah serangan tersebut, dampak jangka panjangnya masih belum dapat dipastikan. Ketegangan geopolitik yang terus berlanjut dapat berdampak pada stabilitas harga minyak di masa mendatang. Perkembangan situasi ini perlu terus dipantau.
Secara keseluruhan, kejadian ini menyoroti kompleksitas dan ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah, serta dampaknya terhadap pasar energi global. Perkembangan lebih lanjut akan menentukan dampak jangka panjang dari kejadian ini terhadap harga minyak dan stabilitas regional.