Investasi di startup Indonesia tengah mengalami penurunan drastis. Ketua Steering Committee Indonesia Fintech Society (IFSoc), Rudiantara, mengungkapkan kekhawatirannya terkait hal ini.
Anjloknya Pendanaan Startup Indonesia
Pada kuartal pertama 2025, pendanaan startup Indonesia hanya mencapai USD 30 juta. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai lebih dari USD 1 miliar.
Rudiantara menjelaskan penurunan ini disebabkan oleh maraknya kasus fraud yang melibatkan beberapa startup ternama. Kepercayaan investor pun ikut tergerus akibatnya.
Dampak Kasus Fraud eFishery dan Investree
Kasus dugaan pemalsuan laporan keuangan eFishery dan kasus penggelapan Investree menjadi sorotan utama. Kedua kasus ini telah memberikan dampak signifikan terhadap iklim investasi.
eFishery, misalnya, melaporkan pendapatan yang jauh lebih tinggi dari realitanya. Investree, di sisi lain, menghadapi masalah kredit macet dan pengelolaan dana yang tidak transparan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mencabut izin usaha Investree dan melakukan pembubaran perusahaan. Proses likuidasi kini tengah berjalan.
Langkah Strategis Menghadapi Krisis
Rudiantara mendesak startup, khususnya yang sudah memasuki tahap menengah hingga lanjut, untuk memperbaiki tata kelola perusahaan. Model bisnis juga perlu direvisi agar lebih berkelanjutan.
Ia juga mengingatkan investor untuk tidak sepenuhnya menyalahkan para founder. Peran pengawasan komisaris juga perlu ditingkatkan agar lebih efektif.
Kasus fraud ini bukan hanya berdampak pada perusahaan yang terlibat, tetapi juga pada keseluruhan ekosistem startup Indonesia. Perbaikan tata kelola dan transparansi menjadi kunci untuk memulihkan kepercayaan investor.
Ke depan, transparansi dan good corporate governance akan menjadi kunci utama bagi startup Indonesia untuk menarik kembali minat investor. Peran pengawasan yang efektif dari berbagai pihak, termasuk regulator, juga sangat penting untuk mencegah terulangnya kasus serupa.