Indonesia memiliki cadangan beras yang cukup signifikan. Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono baru-baru ini mengumumkan bahwa Perum Bulog menguasai cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 4 juta ton. Namun, angka ini hanya mewakili sebagian kecil dari total produksi beras nasional.
Faktanya, Bulog hanya menyerap sekitar 10 persen dari total panen beras di Indonesia. Ini berarti, total produksi beras di Indonesia jauh lebih besar daripada yang terlihat dari angka cadangan Bulog.
Cadangan Beras Bulog: 10% dari Total Panen Nasional
Wamentan Sudaryono menekankan bahwa angka 4 juta ton beras yang dikelola Bulog bukanlah representasi dari seluruh hasil panen beras di Indonesia. Bulog hanya berperan sebagai penampung beras dari petani yang tidak terserap oleh pasar swasta.
Pemerintah menetapkan harga pembelian gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 6.500 per kilogram. Bulog hanya membeli GKP dari petani yang tidak berhasil menjual hasil panennya dengan harga tersebut.
Dengan asumsi Bulog menyerap 10 persen dari total panen, maka total produksi beras nasional diperkirakan mencapai 40 juta ton. Ini menunjukkan potensi besar produksi beras Indonesia yang sebenarnya.
Bulog difokuskan pada daerah-daerah yang sulit dijangkau pasar swasta. Dengan demikian, kehadiran Bulog sangat penting untuk menjamin kesejahteraan petani di daerah terpencil.
Stok Beras Nasional Mencapai Angka Tertinggi dalam 57 Tahun
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman sebelumnya menyatakan bahwa stok beras nasional telah mencapai lebih dari 4 juta ton. Ini merupakan angka tertinggi dalam 57 tahun terakhir, melampaui rekor sebelumnya pada tahun 1984 yang mencapai 3 juta ton.
Keberhasilan ini meningkatkan optimisme akan tercapainya swasembada beras pada tahun 2027. Target ini sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.
Dengan stok beras yang melimpah, Indonesia diprediksi tidak perlu mengimpor beras pada tahun ini. Hal ini merupakan kabar baik bagi ketahanan pangan nasional.
Penguatan Nilai Tukar Petani dan Distribusi Beras
Selain stok beras, Mentan Amran juga menyampaikan capaian positif nilai tukar petani (NTP). NTP pada Mei 2025 mencapai angka 121, lebih tinggi dari angka 116 pada bulan yang sama tahun sebelumnya.
Pemerintah menargetkan NTP sebesar 110 dengan dukungan anggaran dari Kementerian Keuangan. Capaian NTP di atas target menunjukkan peningkatan kesejahteraan petani.
Pemerintah juga menyiapkan bantuan sosial berupa beras sebanyak 360 ribu ton (180 ribu ton per bulan selama dua bulan). Bantuan ini ditujukan untuk daerah non-penghasil beras dan perkotaan.
Daerah penghasil beras, terutama di Pulau Jawa, juga tetap mendapatkan perhatian pemerintah. Pemerintah berupaya menjaga keseimbangan harga untuk petani dan konsumen.
Penyerapan gabah dari petani diperkirakan mencapai 400-500 ribu ton pada bulan Juni 2025. Angka ini melebihi jumlah beras yang didistribusikan sebagai bantuan sosial.
Kesimpulannya, Indonesia memiliki potensi produksi beras yang besar dan cadangan beras yang memadai. Pemerintah terus berupaya meningkatkan kesejahteraan petani dan menjaga stabilitas harga beras untuk ketahanan pangan nasional. Ke depannya, pemantauan dan strategi yang tepat sasaran perlu terus dilakukan untuk memastikan keberlanjutan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani Indonesia.