Pasar saham Asia-Pasifik menunjukkan pergerakan beragam pada perdagangan Kamis (12/6/2025). Hal ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa kesepakatan perdagangan dengan Tiongkok telah selesai. Pernyataan tersebut memicu beragam reaksi dari investor di berbagai bursa saham di kawasan Asia-Pasifik.
Trump menyatakan bahwa kesepakatan tersebut akan memberlakukan tarif impor sebesar 55% terhadap barang-barang dari Tiongkok. Menteri Perdagangan Howard Lutnick pun mengkonfirmasi hal ini. Pernyataan ini menjadi fokus utama perhatian investor dalam menilai prospek pasar saham global.
Reaksi Pasar Saham Asia-Pasifik
Indeks Nikkei 225 Jepang mengalami penurunan tipis sebesar 0,10%. Sementara itu, indeks Topix yang lebih luas justru mencatat kenaikan sebesar 0,12%. Pergerakan yang berlawanan ini menunjukkan sentimen investor yang terpolarisasi.
Indeks Kospi Korea Selatan menunjukan kinerja positif dengan kenaikan 0,34%. Namun, indeks Kosdaq yang mewakili saham-saham berkapitalisasi kecil mengalami perubahan yang minim. Kondisi ini menunjukkan bahwa dampak pernyataan Trump tidak merata di seluruh sektor.
Indeks S&P/ASX 200 Australia menutup perdagangan dengan kenaikan 0,25%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar saham Australia relatif lebih optimis terhadap kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok. Sementara itu, kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong mengindikasikan potensi pembukaan yang lebih lemah dibandingkan penutupan sebelumnya. Investor menantikan rilis data inflasi dari Filipina dan Thailand untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang kondisi ekonomi regional.
Penurunan Pasar Saham AS
Kontrak berjangka saham AS mengalami penurunan. Investor mencermati kesepakatan perdagangan awal antara AS dan Tiongkok serta data inflasi terbaru.
Futures S&P 500 dan Nasdaq 100 turun masing-masing 0,2%. Futures Dow Jones Industrial Average juga melemah 72 poin atau 0,2%. Hal ini menunjukkan kekhawatiran investor terhadap dampak kesepakatan perdagangan terhadap ekonomi AS.
Kenaikan harga konsumen AS pada Mei lalu lebih rendah dari perkiraan. Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,1%, lebih rendah dari prediksi kenaikan 0,2%. CPI inti juga naik di bawah ekspektasi. Kondisi ini dapat menginterpretasikan sebagai sinyal penurunan inflasi, meskipun belum tentu indikator yang pasti.
Detail Kesepakatan dan Kekhawatiran Investor
Trump melalui Truth Social menyatakan kesepakatan dengan Tiongkok sudah rampung. Ia menyebutkan bahwa Tiongkok akan memasok magnet dan unsur tanah jarang. Sebagai imbalannya, AS akan mengizinkan mahasiswa Tiongkok untuk kuliah di AS. Trump mengklaim tarif untuk AS sebesar 55% dan Tiongkok sebesar 10%.
Namun, pernyataan ini tidak terlalu berpengaruh positif bagi investor. Ed Yardeni dari Yardeni Research mencatat kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian kesepakatan nuklir Iran.
Para ekonom ANZ menilai penurunan pasar saham disebabkan oleh potensi berlanjutnya tarif tinggi dalam jangka panjang. Pernyataan Trump yang kurang meyakinkan terkait perjanjian nuklir Iran juga menambah ketidakpastian di pasar. Kondisi ini mendorong investor untuk lebih berhati-hati dalam berinvestasi.
Kesimpulannya, pernyataan Trump mengenai kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok telah memicu reaksi yang beragam di pasar saham Asia-Pasifik dan AS. Meskipun beberapa indeks menunjukkan kinerja positif, kekhawatiran tetap ada terkait detail kesepakatan dan potensi dampak jangka panjangnya terhadap ekonomi global. Data inflasi yang dirilis dari berbagai negara di kawasan Asia-Pasifik akan menjadi penentu selanjutnya dalam membentuk sentimen pasar. Ketidakpastian seputar perjanjian nuklir Iran juga memberikan tekanan tambahan di pasar global.