Indonesia masih berjuang melawan penyakit Tuberkulosis (TBC). Data terbaru menunjukkan Indonesia menempati peringkat kedua dunia dengan kasus TBC terbanyak, setelah India. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk meningkatkan upaya pencegahan dan pengobatan.
Salah satu strategi yang dijalankan adalah program Desa/Kelurahan Siaga TBC. Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dante Saksono Harbuwono, baru-baru ini meresmikan Kelurahan Jurumudi, Kota Tangerang, sebagai salah satu wilayah yang menerapkan program ini.
Jurumudi, Kota Tangerang: Pilot Project Penanggulangan TBC
Peresmian Kelurahan Jurumudi sebagai Kelurahan Siaga TBC bukan sekadar seremonial. Wakil Menteri Kesehatan menekankan pentingnya kolaborasi dan dukungan untuk para kader serta mantan pasien TBC.
Prof. Dante mengajak semua pihak untuk bersama-sama mencegah penularan dan memberi semangat kepada pasien TBC agar tetap menjalani pengobatan, meskipun membutuhkan waktu yang panjang, bahkan hingga dua tahun.
Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap tingginya angka penderita TBC di Indonesia. Sebelumnya Indonesia berada di peringkat ketiga, namun kini telah naik ke peringkat kedua setelah India.
Program Siaga TBC diharapkan dapat menurunkan angka penularan hingga 50 persen pada tahun 2030.
Kemenkes menjamin ketersediaan obat dan terapi bagi pasien di seluruh wilayah Indonesia. Jika stok obat di suatu daerah tinggal 30 persen, laporan segera dapat disampaikan untuk penambahan stok.
Strategi Kelurahan Siaga TBC dan Dukungan Pemerintah Daerah
Pemilihan Kelurahan Jurumudi sebagai pilot project bukan tanpa alasan. Kelurahan ini telah memiliki dukungan regulasi dari pemerintah daerah, salah satunya SK Walikota Nomor 7 Tahun 2022 tentang Pengentasan Tuberkulosis.
Regulasi ini memperkuat program penanggulangan TBC yang sudah berjalan. Beberapa program yang dijalankan antara lain skrining mandiri melalui ranseltbc.tangerangkota dan melibatkan ratusan kader Asmara TBC.
Dedikasi kader Asmara TBC, bahkan ada yang sudah bertugas selama 10 tahun, menjadi contoh nyata komitmen dalam memerangi TBC.
Model Kelurahan Siaga TBC tidak hanya diterapkan di Tangerang. Program serupa juga dijalankan di berbagai daerah lain seperti Jakarta, Brebes, Surabaya, dan wilayah Indonesia Timur.
Program ini disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing daerah. Contohnya, di Pandeglang ada Kajedag (Kader Penjemput Dahak).
Tantangan dan Optimisme Penanggulangan TBC di Kota Tangerang
Wali Kota Tangerang, Sachrudin, mengungkapkan masih tingginya angka kasus TBC di kotanya. Data tahun 2024 menunjukkan, dari setiap 1.000 penduduk, 5 orang diantaranya menderita TBC. 21 persen diantaranya adalah anak di bawah 15 tahun.
Penanggulangan TBC di Kota Tangerang membutuhkan pendekatan multisektoral, mulai dari pencegahan hingga pengawasan pengobatan hingga tuntas. Wali Kota optimis program ini dapat mewujudkan eliminasi TBC pada 2030.
Komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam memberantas TBC menjadi kunci keberhasilan program ini. Dukungan penuh kepada kader, ketersediaan obat, serta adaptasi program dengan kondisi lokal diharapkan dapat menekan angka penderita TBC di Indonesia.
Keberhasilan program Siaga TBC di Jurumudi dan daerah lainnya menjadi bukti bahwa dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, Indonesia dapat menanggulangi masalah kesehatan yang serius ini.