Anemia dan darah rendah (hipotensi) seringkali dianggap sama oleh masyarakat. Padahal, keduanya merupakan kondisi medis yang berbeda dan membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Memahami perbedaan keduanya sangat penting untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan efektif. Artikel ini akan mengulas perbedaan anemia dan darah rendah secara detail, mencakup gejala, penyebab, dan pentingnya pemeriksaan medis.
Anemia merupakan kondisi kekurangan sel darah merah atau hemoglobin dalam tubuh. Akibatnya, tubuh kekurangan oksigen yang dibutuhkan untuk berfungsi optimal. Darah rendah, atau hipotensi, merupakan kondisi di mana tekanan darah arteri lebih rendah dari normal, biasanya di bawah 90/60 mmHg. Kondisi ini membuat aliran darah ke organ vital menjadi lemah.
Darah Rendah vs. Anemia: Perbedaan yang Signifikan
Meskipun gejala anemia dan darah rendah bisa tumpang tindih, misalnya kelelahan dan pusing, penyebab dan pengobatannya sangat berbeda. Dokter spesialis patologi klinik, dr. Frany Charisma, menjelaskan bahwa anemia berkaitan dengan jumlah dan kualitas sel darah merah. Kekurangan sel darah merah membuat tubuh kekurangan oksigen, mengakibatkan gejala seperti kelelahan, lemah, lesu, dan lunglai.
Hipotensi, di sisi lain, dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari dehidrasi hingga gangguan jantung. Sementara itu, anemia bisa disebabkan oleh kekurangan nutrisi, kehilangan darah, atau gangguan produksi sel darah merah. Dr. Andi Khomeini Takdir Haruni menekankan pentingnya mendefinisikan “darah rendah” dengan tepat: apakah tekanan darah yang rendah atau kadar hemoglobin yang rendah akibat anemia.
Gejala Anemia dan Darah Rendah: Kenali Perbedaannya
Gejala anemia meliputi kelelahan, kulit pucat, sesak napas, pusing, dan kuku rapuh. Gejala darah rendah, di samping kelelahan dan pusing, juga dapat mencakup penglihatan kabur, napas cepat dan pendek, serta pingsan. Persamaan gejala inilah yang seringkali membuat orang sulit membedakan keduanya.
Oleh karena itu, penting untuk waspada terhadap gejala-gejala tersebut dan tidak mendiagnosis sendiri. Perlu pemeriksaan menyeluruh untuk menentukan diagnosis yang akurat. Pemeriksaan tekanan darah dan tes darah lengkap akan membantu dokter menentukan kondisi yang sebenarnya.
Pentingnya Pemeriksaan Darah dan Pemeriksaan Komprehensif
Pemeriksaan darah merupakan kunci untuk mendiagnosis anemia. Dr. Koko menjelaskan bahwa hasil laboratorium yang menunjukkan sel darah merah kecil, berkualitas buruk, dan jumlahnya sedikit mengarah pada anemia. Pemeriksaan ini akan mengukur kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, dan kualitasnya.
Namun, pemeriksaan tidak hanya terbatas pada sel darah merah. Keseimbangan elektrolit dan mineral juga penting. Ketidakseimbangan elektrolit seperti natrium, kalium, dan kalsium dapat menyebabkan gejala mirip anemia atau hipotensi. Demikian pula, kekurangan mineral seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat dapat menyebabkan anemia. Pemeriksaan komprehensif akan membantu mengidentifikasi semua kemungkinan penyebab gejala yang dialami.
Kesimpulannya, anemia dan darah rendah merupakan dua kondisi berbeda yang memerlukan penanganan yang berbeda pula. Meskipun gejala dapat tumpang tindih, pemeriksaan medis yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan darah lengkap dan pengecekan tekanan darah, sangat krusial untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Dengan demikian, pengobatan yang tepat dapat diberikan dan komplikasi dapat dicegah. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala yang mengkhawatirkan.