preloader

Diabetes pada Kucing & Anjing? Waspadai Gejalanya Sekarang!

Diabetes pada Kucing & Anjing? Waspadai Gejalanya Sekarang!

Diabetes melitus, penyakit yang umum dikenal menyerang manusia, ternyata juga dapat mengintai hewan peliharaan kesayangan kita. Baik anjing maupun kucing rentan terhadap penyakit metabolik ini yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi atau memanfaatkan hormon insulin secara efektif. Penting bagi para pemilik hewan peliharaan untuk memahami penyakit ini dan langkah-langkah pencegahannya.

Dr. drh. Leni Maylina, dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University, menjelaskan dalam sebuah podcast bahwa diabetes melitus pada hewan peliharaan merupakan gangguan metabolisme serius. Kondisi ini berdampak pada peningkatan kadar glukosa darah, berpotensi memicu komplikasi kesehatan lainnya.

Mengenal Diabetes Melitus pada Hewan Peliharaan

Diabetes melitus pada anjing dan kucing, sama seperti pada manusia, terbagi menjadi dua tipe utama. Pemahaman perbedaan tipe ini penting untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat.

Tipe 1 diabetes umumnya terjadi pada anjing. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan sel beta di pankreas, sehingga tubuh hewan tidak mampu menghasilkan insulin.

Tipe 2 diabetes lebih sering ditemukan pada kucing. Pada tipe ini, tubuh masih memproduksi insulin, namun sel-sel tubuh resisten terhadap hormon tersebut.

Kadar glukosa darah yang tinggi pada anabul penderita diabetes dapat menyebabkan glukosa terbuang melalui urin. Hal ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan urin. Jika urin hewan peliharaan Anda menarik perhatian karena baunya yang manis, segera konsultasikan dengan dokter hewan.

Faktor Risiko dan Penyebab Diabetes pada Anabul

Beberapa faktor meningkatkan risiko diabetes pada hewan peliharaan. Faktor genetik, obesitas, usia, pola makan, dan gaya hidup semuanya berperan.

Beberapa ras anjing dan kucing memiliki predisposisi genetik terhadap diabetes. Ras anjing seperti Beagle, Dachshund, dan Australian Terrier, serta ras kucing Burmese dan Siamese, lebih rentan.

Obesitas merupakan faktor risiko utama. Hewan peliharaan yang kelebihan berat badan akibat pola makan berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik sangat rentan terhadap diabetes.

Usia lanjut juga merupakan faktor risiko signifikan. Risiko diabetes meningkat secara signifikan pada anjing dan kucing berusia 7 tahun ke atas.

Pola makan yang tidak tepat dapat memicu diabetes, terutama pada kucing. Sebagai karnivora sejati, kucing memerlukan makanan tinggi protein. Memberi makan kucing dengan nasi dan ikan asin, yang tinggi karbohidrat, dapat meningkatkan risiko diabetes.

Kurangnya aktivitas fisik (mager) juga berkontribusi pada peningkatan risiko diabetes. Hewan peliharaan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk makan dan tidur memiliki risiko lebih tinggi. Hal ini terutama terlihat pada hewan yang sudah disterilkan.

Pencegahan dan Penanganan Diabetes pada Hewan Peliharaan

Pencegahan diabetes pada hewan peliharaan lebih baik daripada mengobati. Perhatian terhadap pola makan, aktivitas, dan berat badan sangat penting.

Pemilik hewan peliharaan harus memastikan asupan nutrisi yang seimbang dan sesuai dengan jenis hewannya. Hindari pemberian makanan yang tinggi karbohidrat, terutama pada kucing.

Dorong aktivitas fisik yang cukup untuk menjaga berat badan ideal. Bermain dan berolahraga secara teratur akan membantu mencegah obesitas.

Pemeriksaan rutin ke dokter hewan sangat penting. Deteksi dini diabetes dapat membantu mencegah komplikasi serius dan meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.

Diabetes pada hewan peliharaan dapat dikendalikan dengan pengobatan dan manajemen yang tepat. Konsultasikan dengan dokter hewan Anda untuk mendapatkan rencana perawatan yang sesuai. Dengan perhatian dan perawatan yang tepat, hewan peliharaan Anda tetap dapat menjalani kehidupan yang sehat dan bahagia. Perhatian dan pencegahan dini merupakan kunci utama untuk menjaga kesehatan anabul tercinta.

Related Post